Tingkatkan Kualitas, 55 Dosen Unusa Ikuti Pelatihan AA

Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar pelatihan Applied Approach (AA) di Kafe Fastron Lantai 3 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Senin (8/4/2019). Sebanyak 55 dosen mengikuti pelatihan yang difasilitasi oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2PT) Wilayah VII.
Kegiatan ini ditujukan bagi para dosen baru untuk mendapatkan seritifikasi AA sebagai salah satu persyaratan dosen memiliki jabatan fungsional di kampus. Pertemuan tatap muka akan digelar selama seminggu (8-12 April 2019) dilanjutkan dengan penelitian dan penulisan selama tiga minggu berikutnya.
Wakil Rektor 1 Unusa Prof Kacung Marijan sangat mengapreasiasi semangat dan antusiasme para dosen dalam mengikuti pelatihan AA tersebut. Hal ini seiring dengan keinginan kampus untuk mendorong setiap dosen memiliki jabatan fungsional.
“Pada tahun 2021, tak ada lagi dosen yang tidak punya jabatan fungsional, kecuali dosen baru tentunya. Mengapa demikian, karena target utama kampus, pada 2021, tahun di mana Unusa sudah masuk dalam tahap selanjutnya, yakni masuk dalam wilayah 100 besar universitas di Indonesia,” katanya.
Menurut Kacung, saat ini Unusa yang memasuki usia tahun ke-6, tahap masuk SD, artinya sudah berdiri tegak. Dengan kaki yang sudah kokoh, Unusa sudah bisa berlari kencang untuk menuju tahap final di tahun 2021. “Paling tidak saat itu Unusa sudah memiliki professor,” kata Kacung optimis.
Sementara itu Prof Dr V Rudy Handoko MSi dari L2PT Wilayah VII mengatakan pelatihan pekerti menjadikan dosen sebagai pengajar yang baik, sedangkan pelatihan AA merupakan pembelajaran dosen mulai analisa hingga evaluasi.
“Pelatihan AA menjadikan dosen yang komplit. Dosen tak hanya pandai mengajar, teliti dan mengabdi, namun juga rekam jejak dosen itu penting. Jadi dosen tak sekadar meneliti saja namun juga harus bisa menuangkan dalam sebuah karya tulisan ataupun jurnal,” kata Rudy.
Rudy mengatakan ini penting dalam mendukung target Unusa yang ingin masuk dalam lingkaran 100 besar universitas. Ketatnya kompetisi harus diimbangi dengan kualitas kampus, di mana SDM memberi kontribusi 30 persen; riset dan penelitan 40 persen; tata kelola, kemahasiswaan, dan lain lain, masing-masing 10 persen. (hap/Humas Unusa)