Surabaya – Menjadi generasi penerus merupakan tantangan tersendiri di tengah modernisasi dan percepatan zaman. Kemajuan teknologi juga mendominasi tangga revolusi industri. Karenanya trend masa kini jadi hal yang paling digemari.
Inilah yang menjadi perhatian khusus instansi pendidikan saat ini. Pembekalan ilmu menjadi salah satu upaya untuk membentengi diri dari degradasi keimanan dan mempertajam kemanusiaan. Sebab, bermanfaat bagi sesama merupakan tujuan utama penghidupan. Diamini dekan fakultas kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, rahmatan lil ‘alamin jadi rujukan.
Rahmatan lil alamin, bentuk berkasih sayang yang nyata diberikan pada Allah Tuhan semesta alam, pada para umatnya. Mengadopsi keyakinan tersebut sebagai slogan, Unusa ingin seluruh mahasiswanya memiliki kasih sayang yang melimpah bagi sesama. “Kita tidak boleh terlepas dari rahmatan lil ‘alamin, NU inikan mengedepankan berkasih sayang, jadi dalam setiap tindakan, dan perbuatan, termasuk dalam hal keilmuan landasan utamanya yakni rahmatan lil alamin,” jelasnya saat pertemuan Ikatan Orang Tua Mahasiswa (IKOMA) fakultas kedokteran pada (01/03).
Ahli Farmakologi Kedokteran dan herbal medicine ini juga menuturkan bahwa berkasih sayang dalam segala tindakan merupakan bentuk istiqomah dan tingkat kemanusiaan tertinggi. Dalam praktik dunia profesi, menjadi dokter adalah tugas kemanusiaan yang membutuhkan kasih sayang dalam pelaksanaannya. “Menjadi dokter ini bukan hal yang mudah, sering kali kita berada dalam dilema perekonomian dan kemanusiaan, maka dari itu jangan sampai kita lepas dari rahmatan lil alamin, agar kemanusiaan tetap langgeng, dengan begitu ‘dokter’ mampu menjalankan tugas dengan baik,” katanya menjelaskan.
Acap kali profesi dokter dianggap mampu mendulang banyak rupiah dengan keahliannya, namun faktanya, dokter lebih banyak bekerja atas dasar kemanusiaan, dari pada itu, rahmatan lil alamin tak boleh gugur atau hanya berhenti jadi jargon. (rere/humas)