Spa Kaki Pecahkan Masalah Kesemutan Bagi Penderita Diabetes Militus

Surabaya –  Spa dalam perkembangannya sudah menjadi kebutuhan masyarakat urban. Namun pernahkah anda menjumpai spa kaki untuk mengatasi kesemutan? Kesemutan sering kali kita alami saat saraf di tangan atau kaki menerima tumpuan tekanan berat dalam waktu cukup lama. Kesemutan pada kaki, juga sering dialami oleh penderita diabetes militus, namun belum ada pengobatan alternatif untuk menanggulangi hal tersebut.

Spa kaki biasa kita jumpai sebagai bagian dari rileksasi otot-otot kaki guna melancarkan peredaran darah. Namun, untuk menikmati sensasi relaksasi Spa, kita harus merogoh kocek lumayan dalam. Apalagi jika Spa tersebut dijadikan pengobatan, tentu harga yang disuguhkan akan cenderung mahal. Tetapi, keresahan itu sudah dapat teratasi, dengan munculnya Spa kaki cetusan dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Dr. Ima Nadatien berhasil menyabet peringkat ke 3 pada ajang Unusa Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Award 2018 dengan penyuluhan Spa kaki yang dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Ahmad Yani, Surabaya. Dr. Ima Nadatien beserta timnya melihat permasalahan ini acap kali muncul, dan dialami oleh penderita diabetes militus stadium lanjut. Kesemutan bisa berbahaya bagi penderita diabetes militus. Karena mati rasa yang dialami saat kesemutan, pasien berpotensi untuk menginjak benda tajam dan terluka tanpa ia sadari. Jika penderita diabetes militus terluka, maka luka tersebut akan sulit untuk disembuhkan.

Dilansir dari hellosehat.com tingginya kadar gula pada penderita diabetes militus menyebabkan sel-sel yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh (imun) bekerja lambat. Oleh karena itu, luka sedikit saja bisa menjadi infeksi parah yang sulit diobati. Meminimalisir potensi terbukanya luka baru akibat kesemutan, Spa Kaki hadir menjadi solusi bagi pengidap diabetes militus. Prosesinya yang mudah dan bisa dilakukan dimana saja, membuat Spa Kaki ini digandrungi pengidap diabetes militus terutama pasien lanjut usia.

Teknik Spa Kaki cukup mudah dilakukan sehari-hari yakni hanya dengan merobek kertas Koran menggunakan kaki, hingga menjadi bagian kecil-kecil. Kegiatan ini membantu mengurangi rasa kesemutan terhadap pasien, dan melancarkan peredaran darah pada kaki. Spa kaki dapat dilakukan 2 jam setelah makan, setiap 3 kali sehari. Dengan adanya spa kaki ini, Ima Nadatien berharap potensi terbentuknya luka baru oleh pengidap diabetes militus dapat berkurang. “Kesemutan ini kan bisa sampai mati rasa ya, jadi kalo pengidap DM kakinya mati rasa kalo menginjak benda kemudian terluka kan bahaya, jadi saya berharap dengan adanya Spa kaki ini, setidaknya bisa meminimalisir terbukanya luka baru,” kata wakil rektor 3 Unusa itu. (rere/humas)