Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) baru memasuki tahun kelima. Sebelumnya, kampus ini bernama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Stikes Yarsis).
Dengan usia balita itu, Unusa sadar bahwa dia kalah dibandingkan kampus-kampus lain yang sudah terlebih dulu berdiri. Walau kalah dalam hal waktu berdiri, namun Unusa bertekat tidak kalah dalam hal kualitas pendidikan.
Karenanya untuk bisa mengejar ketertinggalan dengan kampus lain, Unusa melakukan berbagai macam percepatan.
Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) selalu induk dari Unusa, Prof. Mohammad Nuh mengatakan ada banyak strategi percepatan yang akan dilakukan.
Di antaranya dengan memanfaatkan digital devident, perkuat tata kelola berbasis good university governance. Meningkatkan kualitas sumber daya individu dengan merektur dosen-dosen lulusan Doktor.
Ini untuk mendukung program magister atau S2. Karena Unusa ini tidak ingin melebar ke samping dengan memperbanyak S1.
“Tapi kita memperbanyak S2 dengan posisi tinggi ke atas,” jelas Nuh di hadapan para dosen dan asesor dari LAM PTKes Sri Susilaningsih, di kampusnya, Senin (15/10).
Selain itu, kata Prof Nuh, Unusa akan menumbuhkan mesin keilmuan yang semuanya ada di program magister dan doktor. “Untuk S1 masih belum bisa melahirkan produk keilmuan,” tandasnya.
Juga Unusa akan memperkuat kerjasama dengan lembaga-lembaga nasional, sinergi dengan pemangku kepentingan, baik dengan Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS), pondok pesantren dan komunitas binaan. “Kita akan bangun atmosfer untuk menumbuhkan higher order thinking,” tukasnya.
Di hadapan asesor Sri Susilaningsih, Prof Nuh juga membeberkan tentang Unusa yang memiliki program studi unggulan yakni kesehatan. Baik itu keperawatan, kebidanan dan kedokteran. Pertemuan jajaran petinggi Unusa dengan asesor LAM PTKes itu tidak lain untuk proses akreditasi program studi S2 Keperawatan Terapan.
Prodi ini memang akan lebih banyak menghasilkan para magister keperawatan yang tidak hanya paham teori tapi juga praktik. Kurikulumnya, 70 persen praktik dan 30 persen teori. Sehingga lulusannya sangat mumpuni tidak hanya bekerja di rumah sakit tapi juga bisa kompeten menjadi dosen.
Mencetak dosen keperawatan yang minimal memang harus S2 atau Magister, membuat Unusa mantap memiliki prodi Keperawatan Terapan ini.
“Karena, saat ini tingkat kesejehteraan masyarakat itu semakin tinggi. Jumlah penduduk Indonesia sudah mulai meningkat. Kebutuhan akan layanan kesehatan juga semakin meningkat,” jelasnya.
“Hal itu tentunya akan membutuhkan perawat-perawat yang handal. Dalam rangka mencetak perawat handal itu, juga dibutuhkan dosen yang handal,” tandasnya.
Kepala Prodi S2 Keperawatan Terapan Unusa, Puji Astuti mengatakan Prodi S2 Keperawatan ini memang baru dua tahun berdiri. Dan sudah waktunya untuk mengajukan akreditasi ke LAM PTKes. Proses visitasi oleh asesor LAM PTKes dilakukan selama dua hari ke depan. “Kita sudah siapkan segalanya. Target kami, bisa meraih akreditasi B,” tandasnya. (end)