Insan Kampus Kawal Pilgub Jurdil sampai Buktikan Janji-Janji Calon

Surabaya  –  Pilgub Jawa Timur 2018 mulai hangat. Kondisi ini membuat rektor perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS) mengambil sikap. Mereka akan menjadi leader untuk berkomitmen menjaga kondusivitas, kesejukan dan kenyamanan Jawa Timur.

Komitmen itu disampaikan para  rektor yang tergabung dalam Paguyuban Rektor usai menggelar pertemuan dengan penasehat paguyuban, Mohammad Nuh, di Tower Unusa, Sabtu (6/1) sore.

Tampak 13 rektor PTN dan PTS di Jatim hadir dalam pertemuan ini. Di antaranya Rektor Universitas Jember, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Malang (Unisma), Universitas Trunojoyo, Universitas Airlangga, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), ITS, Unesa, Universitas Darul Ulum Jombang dan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Mohammad Nuh mengatakan, pertemuan ini bukan karena melihat dan mendengar suasana politik yang mulai memanas. “Kebetulan saja dilakukan saat suasana seperti ini. Tapi, kami ingin mengawal kesejukan dan kedamaian di Jatim. Kami mengajak pimpinan perguruan tinggi di Jatim untuk menjaga itu, pilihan yo pilihan, tapi ojo sampe tukaran,” ujarnya.

Pilgub adalah proses edukasi politik sekaligus proses meneguhkan prinsip-prinsip berdemokrasi. Berdemokrasi itu, kata M Nuh, adalah dua kejadian penting yakni proses pemilihannya dan proses penepatan janji-janji politik calon yang terpilih.

“Di sini peran perguruan tinggi. Mengawal proses pemilihannya dan juga mengawal janji-janji politik calon yang sudah terpilih,” tambahnya.

Diakui Nuh pertemuan para rektor ini bukan melihat dinamika politik yang ada. Namun, lebih pada melihat adanya potensi-potensi dibenturkan dan membenturkan diri saat ada pemilihan baik pemilihan presiden, gubernur maupun walikota atau bupati.

“Kita selalu belajar dari pemilihan-pemilihan yang sudah digelar sebelumnya. Karenanya kini kita komitmen agar hal itu tidak terjadi. Karena kampus ini lembaga pendidikan yang paling memungkinkan untuk menekan konflik karena secara keilmuan sudah lebih tinggi. Mumpung belum terjadi, makanya kita mengajak, ayo lebih rasional,” jelasnya. (Humas Unusa)