FEB Unusa Adakan Kuliah Pakar

Surabaya
Bertema “Strategi Menghadapi Persaingan Industri Otomotif di Era MEA”, seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengikuti Kuliah Pakar, di Kampus B, Jemursari, Kamis (6/10).
Menghadirkan Kepala Cabang Auto 2000 Jemursari Surabaya, Jogi Hartomo. Dikatakannya, untuk menghasilkan tenaga yang terampil dibutuhkan input, proses, dan output yang sesuai. Produktivitas orang Indonesia kurang maksimal, sehingga belum bisa menghasilkan tenaga kerja yang terampil secara maksimal. “Kalau belum bisa terampil, kita akan terus menjadi konsumen, menjadi pembeli, penikmat, bukan menjadi produsen yang bisa menjual barang kepada orang lain khususnya negara lain,” katanya.
Dikatakannya, sebanyak 1.000 pekerja di Indonesia, hanya 3,4 persen tenaga kerja yang terampil, sementara di Filipina 8,3 persen, Malaysia 32,6 persen dan Singapura 34,7 persen. “Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih belum terampil, tertinggal jauh dibandingkan Filipina, Malaysia, dan Singapura,” katanya.
Jogi juga mengatakan, saat ini marketing sudah mulai mengarah pada relationship. Dimana, marketing harus mengenal secara baik pelanggannya. Bagaimana membuat konsumen merasa nyaman bertransaksi. “Contoh di bidang bisnis otomotif. Di tengah persaingan sangat ketat, dibutuhkan tenaga terampil dalam bidang marketing, maka eranya marketing untuk bisa menghasilkan tenaga andal, terutama di bisnis otomotif harus bisa menyesuaikan dengan zaman atau era. Misalnya era 70-an berbeda dengan era 90-an dan 2000-an. Semua sudah berubah, kita harus bisa menyesuaikan eranya,” kata Jogi yang juga Ketua Forum CSR Jawa Timur.
Dikatakannya, pada era 70-an, marketing berbasis pada production. Seseorang membeli mobil dengan keinginan produsen. Produsen memroduksi mobil jenis apa, itulah yang dibeli tanpa ada pilihan lain. Marketing di era 80-an, menerapkan sales. Dimana, sudah mulai terjadi promosi antarmerek. Sedang era 90-an, konsumen sudah mulai pintar. Di mana, konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus disikapi. “Di era ini sudah mulai ada penjelasan-penjelasan dari marketing akan sebuah produk yang ingin dijual,” katanya menuturkan. (Humas Unusa)