Surabaya, 13 Januari 2016
Sumber pencemaran di kota Surabaya makin mendekati kawasan perumahan. Ini disebabkan karena banyak kawasan yang sebelumnya perumahan berubah fungsi menjadi tempat usaha seperti kuliner atau restoran, bengkel mobil, atau tempat laoundry. Semua jenis usaha ini dapat menjadi sumber pencemaran.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Ir Musdiq Ali Suhudi MT, dalam kuliah tamu Pengelolaan Lingkungan Hidup Surabaya di Program Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kesehatan Uiversitas NU Surabaya (Unusa), Rabu, (13/1) siang.
Dikatakannya, perubahan fungsi itu tidak dibarengi dengan fasilitas pengolahan limbah, sehingga sumber pencemaran kini mendekati kawasan perumahan, bukan hanya bersumber dari pabrik atau aktivitas industry. “Hal ini harus juga diketahui oleh masyarakat sehingga bisa mengantisipasi terhadap sumber-sumber pencemaran,” katanya.
Untuk antisipasi itu, Musdiq mengajak masyarakat sekitar dan aparat wilayah seperti camat dan lurah untuk ikut memonitor terhadap perubahan peruntukan di wilayah masing-masing, karena jika mengandalkan pada dinas teknis, dengan keterbatasan sumber daya manusia yang ada, rasanya tidak mungkin melakukan pengawasan terus menerus. “Dari laporan warga atau aparat wilayah itulah kami akan melakukan pengecekan di lapangan,” katanya.
Dalam Kuliah Pakar yang dihadiri para mahasiswa Unusa itu, Musdiq juga mengungkapkan tenang sumber pencemaran yang diakibatkan bertambahnya jumlah rumah sakit di Surabaya. Terhadap rumah sakit ini, limbah yang paling ditakuti adalah limba jenis B3 (Bahan Berbahaya Beracun), karena tidak semua rumah sakit memiliki instalasi pengolah limbah B3, biasanya RS bekerja sama dengan pihak ketiga dalam penanganan limbah B3.
“Ini yang perlu diawasi. Memang saat mengajukan pendirian RS mereka sudah mengantongi izin dan secara regulasi sudah sesuai, tapi kita juga perlu melakukan pengawasan, agar tidak mencemari lingkungan sebagai bagian dari antisipasi,” katanya.
Terkait dengan limbah B3 yang berasal dari rumah sakit inilah ke depan, Unusa akan menjalin kerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup Surabaya untuk melakukan pemetaan dan identifikasi pengolahan limbah di lingkungan rumah sakit.
Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng, mengatakan, pihanya siap menjalin kerja sama dengan Pemkot Surabaya khususnya dengan Badan Lingkungan Hidup terkait dengan persoalan limbah B3 yang berasal dari rumah sakit. “Unusa sebagai perguruan tinggi yang berfokus pada bidang kesehatan tentu akan siap membantu dan bekerjasama jika memang dibutuhkan. Kami tentu sangat peduli dengan isu-isu lingkungan seperti ini,” katanya.
Sementara Musdiq mengatakan, sampai saat ini investor untuk pengolahan limbah B3 baru pada tahap penjajakan untuk mendirikan instalasi pengolahan limbah B3, dan kami terus mendorong untuk segera bisa direalisasikan. Di Indonesia tempat pengolah limbah B3 yang ada baru di Cilengsi, Bogor. “Pada awalnya investor melirik kawasan Wonorejo, tapi karena kawasan itu masuk kawasan konservasi, maka kami mendorong untuk memilih tempat dikawasan industri saja,” katanya.
(Humas Unusa, 13 Januari 2016)