Beda Lulusan Keperawatan Unusa dengan yang Lain

SURABAYA – Program Studi S-1 Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan reakreditasi agar grade meningkat dari C ke A. Rangkaian reakreditasi dilakukan marathon sejak Kamis (07/01) hingga Minggu (10/01) oleh tiga asesor dari Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PT Kes) yakni NS Cut Husna, Dr Yatu Afitanti dan Dr Meidiana Dwidiyanti.

Unusa sudah mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan. Ada tujuh standar yang nantinya akan dinilai asesor. Tujuh itu adalah visi misi, tata kelola/pamong, mahasiswa dan alumni, sumber daya manusia (SDM), kurikulum dan pembelajaran, sarana dan prasarana dan yang ketujuh penelitian, pengabdian masyarakat serta kerjasama.

Jumat (08/01), penilaian dilakukan sejak pagi dengan terlebih dulu standar ketujuh yakni penelitian, pengabdian masyarakat serta kerjasama. Selanjutnya meninjau sarana dan prasarana dalam hal ini rumah sakit atau klinik yang menjadi mitra Unusa bagi para mahasiswanya untuk bisa melakukan praktik kerja lapangan. Asesor meninjau Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr Ramelan, Klinik Kebonsari dan Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya. Saat penyambutan, tiga asesor ditemani Ketua Yarsis Mohammad Nuh, Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie dan jajaran rektorat dan dosen Unusa.

Setelah itu, tiga asesor menuju kampus A di Jalan Smea untuk melakukan wawancara dengan para alumni keperawatan Unusa. Seperti diketahui, sebelum berubah nama, kampus ini dikenal sebagai Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam (Stikes Yarsis) yang berdiri sejak 1984. Tidak mengherankan jika sudah bisa meluluskan banyak alumni yang berhasil di bidangnya.

Ada beberapa alumni yang diundang hadir di kampus A Unusa. Di antaranya Dr Ah Yusuf S,S.Kp, M.Kes dan Arif Wijaya serta beberapa alumni lain yang selama ini sukses bekerja di beberapa rumah sakit di Surabaya dan sekitarnya.

Salah satu asesor, Cut Husna menanyakan apa sumbangsih alumni bagi almamaternya, Arif Wijaya yang kini berkarier di Jombang mengaku banyak hal. Arif yang empat tahun terakhir menjabat sebagai ketua alumni ini tidak hanya materi misalnya meja, kursi dan buku-buku yang disumbangkan, namun juga kegiatan seperti seminar dan sebagainya. “Pernah buat seminar untuk menghadapi uji kompetensi dengan peserta adik-adik kelas. Juga pernah gelar temu pakar dan sebagainya,” ujarnya.

Ah Yusuf menimpali, bahwa dari 38 kabupaten kota yang ada di Jawa Timur, ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagian besar dijabat para lulusan Stikes Yarsis.
“Mengapa bisa seperti itu ya?” tanya asesor Cut Husna lagi. Arif Wijaya pun langsung menjawab bahwa soft skill yang diberikan di Unusa sangatlah berbeda. “Penekanan keislaman itu yang ditekankan. Dengan cara itu akhirnya timbul kepedulian,” tuturnya.

Ditambahkan Ah Yusuf jika sistem pembelajaran di Unusa sejak dulu masih bernama Stikes Yarsis hingga saat ini menekankan pada pengembangan citra Islam. “Di sini tempat mencetak perawat yang Islami yang memiliki akhlaq yang baik dan kelak akan memiliki attitude yang baik di tempat kerjanya. Setidaknya kita berdoa dulu sebelum melakukan tindakan pada pasien, itu yang kadang tidak dilakukan perawat-perawat lainnya,” jelas Yusuf yang membuat tiga asesor manggut-manggut.

Hal itu terbukti dari keterangan Misutarno salah satu kepala ruangan di RSUD dr Soetomo Surabaya. Misutarno mengungkapkan bahwa selama RSUD dr Soetomo menerima mahasiswa Unusa untuk melakukan praktik kerja lapangan, mahasiswa Unusa sudah memiliki prilaku yang baik.

“Kalau di RSUD dr Soetomo sudah saya jamin. Bahkan saya pernah bicara dengan salah seorang dari RS Mitra Keluarga Satelit. Mereka merekrut 60 perawat dan 30 orang ternyata lulusan Unusa. Katanya karena lulusan Unusa memiliki ciri khas Islami itu. Bisa membimbing pasien untuk juga ikut berdoa,” jelasnya.

Rangkaian reakreditasi ini masih akan dilakukan. Wakil Rektor II Unusa, Umi Hanik berharap nilai yang didapat bisa A. “Itu target kami,” tandasnya. (end)