Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berencana menjalin sinergi (kerja sama) dengan “academy nurse” (sekolah perawat) di Filipina.
“Jurusan perawat yang kita miliki sudah cukup lama, karena itu kita akan menjalin kerja sama dengan akademi perawat di Filipina,” kata Ketua Umum Yayasan RSI Surabaya (YaRSIS) yang menaungi Unusa, Mohammad Nuh di Surabaya, Jatim, Ahad (25/5).
Di sela-sela peringatan HUT ke-12 RSI Jemursari, HUT ke-39 RSI Ahmad Yani, dan HUT ke-1 Unusa yang juga dimeriahkan dengan jalan sehat, Nuh yang juga Mendikbud itu menjelaskan akademi perawat di Filipina itu tergolong luar biasa untuk kawasan Asia.
“Bahkan, Kate Midleton (istri Pangeran William dari Kerajaan Inggris) saat melahirkan juga mendapat pertolongan bidan dari Filipina,” ungkapnya, didampingi Direktur RSI Jemursari yang juga Rektor Unusa Prof dr Rochmad Romdoni SpJP.
Dalam kerja sama itu, lanjutnya, mahasiswa Unusa akan belajar keperawatan di Filipina, sedangkan mahasiswa dari Filipina (Moro, Mindanao, Filipina Selatan) akan belajar Islam di Unusa.
“Saya baru pulang dari Filipina, di sana bertemu Menteri Pendidikan. Di sana ada 20 mahasiswa calon dosen yang siap sekolah di Unusa. Dari Unusa sendiri ada 10 dosen yang akan S2 dan S3 di sana. Jadi, kita belajar ‘nurse’, mereka belajar Islam,” paparnya.
Menurut dia, kerja sama antaranggota ASEAN itu merupakan hal penting, karena tahun 2015 merupakan era “ASEAN Community”, sehingga bidang kesehatan akan menjadi salah satu sasaran dalam era itu.
“Nanti, kita bisa ‘ngangsu kaweruh’ (menimba ilmu) dan juga mengirimkan TKI. Kalau mengirimkan TKI dari unsur perawat itu lebih baik daripada TKI yang tenaga kasar, karena ‘skill worker’ (tenaga terdidik) itu bisa melakukan diplomasi budaya,” tuturnya.
Dalam acara yang juga dihadiri Direktur RSI Ahmad Yani Prof Syamsul Arifin, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Abd A’la, dan Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Muchlas Samani, ia menjelaskan pihaknya juga segera membuka Fakultas Kedokteran (FK) Unusa, karena persyaratan untuk pendirian FK sudah terpenuhi.
“Tinggal menunggu visitasi dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), karena perizinan FK itu ada mekanisme. Selama prosedur belum dilalui ya belum. Kalau dari sisi persyaratan sudah terpenuhi semua. Mudah-mudahan tahun ini (tahun akademik 2014/2015) sudah bisa buka,” ujarnya, berharap.
Ia mengatakan persyaratan yang sudah dipenuhi antara lain FK harus mempunyai rumah sakit. “Unusa itu justru sebelum berdiri sudah mempunyai dua rumah sakit yakni RSI Jemursari dan RSI Ahmad Yani, bahkan RSI Ahmad Yani akan direnovasi, karena pasien terus naik,” katanya.
Dalam pelayanan kesehatan, RSI Jemursari dan RSI Ahmad Yani juga melayani BPJS. “Itu RS NU, jelas itu. Bagi keluarga yang pegang Kartanu (kartu anggota NU) dapat diskon 20 persen. Untuk BPJS, kita buka ‘counter’ sendiri dengan kamar bagus,” tukasnya.
Hal itu, katanya, merupakan bukti bahwa NU yang selama ini dikesankan hanya mengurusi pesantren juga bisa berkhidmad dalam memberikan layanan rumah sakit. “Itu pun tidak terlalu jelek, bahkan bisa menjadi salah satu unggulan di Surabaya,” tgeasnya.
Secara terpisah, Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Unusa drg Umi Hanik M.Kes menambahkan persyaratan pendirian FK yang terpenuhi antara lain dosen FK sejumlah minimal 26 dokter dan laboratorium anatomi yang dilengkapi dengan “cadafer” (ruang pendingin jenazah).
“Bahkan, kita menargetkan pendidikan kedokteran kelas B,” katanya dalam peringatan HUT yang juga dimeriahkan dengan pembagian ‘door prize’ bagi peserta jalan sehat yang beruntung, seperti seorang tukang becak bernama Husaini yang biasa mangkal di RSI yang mendapatkan hadiah sepeda motor