OPOP Training Center Unusa Susun Kurikulum Santripreneurship Berbasis Koperasi

Surabaya – OPOP (One Pesantren One Product) Training Center Unusa bekerjasama dengan UPT Balai Latihan Perkoperasian (Balakop) menyusun kurikulum ‘Santripreneurship Berbasis Koperasi’. Kalangan pondok pesantren (ponpes) menyambut antusias hal tersebut.

Proses penyusunan  kurikulum ‘Santripreneurship Berbasis Koperasi’ telah dilakukan melalui workshop pada  28-29 Oktober 2019. Tiga dosen Unusa tampil menjadi pemateri, yakni Direktur OPOP Training Center Mohammad Ghofirin S.Pd., M.Pd,  Kepala Prodi (Kaprodi) S1 Akuntansi Unusa Endah Tri Wahyuningtyas, M.Ak., serta  Kaprodi S1 Manajemen Unusa, Riyan Sisiawan Putra, SE., M.SM

Kegiatan worshop diikuti 40 perwakilan dari berbagai Ponpes di Jatim. Tim Unusa menyodorkan kurikulum ‘Santripreneurship Berbasis Koperasi’ yang terdri dari 7 bab.

“Dari 7 bab yang kami sodorkan, Alhamdulillah akhirnya mengerucut menjadi 5 bab. Sebab ada bab yang dimerger sehingga tidak perlu berdiri sendiri,” kata Direktur OPOP Training Center Mohammad Ghofirin, di Tower Unusa , Kampus B.

Menurut Ghofirin, kelima bab di antaranya tentang santripreneurship, koperasi ponpes, bisnis model kanvas,  atau laporan keuangan.

“Peserta sangat antusias. Pesantren ternyata butuh sebuah modul yang mengajarkan kewirausahaan kepada para santrinya secara efektif dan menyenangkan,” katanya. Setelah kurikulum tersusun, dilanjutkan dengan worshop penyusunan modul pada 7-8 November 2019.

Menurut Ghofirin, penyusunan modul bakal terkait dengan cara pemberian pembelajaran kepada para santri. Ada tiga opsi, yakni diberikan intra kurikuler (masuk kurikulum), ekstrakurikuler, atau diberikan melalui sebuah program. Misalnya program santri wirausaha.

Adanya  tiga opsi bakal membuat kurikulum ‘Santripreneurship Berbasis Koperasi’ sangat fleksibel bagi ponpes. Sebab ada ponpes salaf yang tidak membolehkan santrinya belajar bisnis, karena mereka hanya belajar agama.

“Tapi kita ingin memberi warna lain. Bagi santri yang passion-nya di bidang bisnis juga perlu kita wadahi. Perlu diberi jalan keluar,” pungkas Ghofirin. (hap/Humas Unusa)