Masyarakat Mulai Hidup Berdampingan Dengan Covid-19

Surabaya – Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Dr Eppy Setiyowati, SPd, SKep, MKes menilai saat ini masyarakat harus hidup berdampingan dengan Covid-19 atau Virus Corona pasca dicabutnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya, Sidoarjo maupun Gresik dicabut.

Eppy menjelaskan beberapa ahli dalam sebuah jurnal menyampaikan bahwa penyebaran Covid-19 tidak bisa diputuskan, karena sangat cepatnya perpindahan dan perkembangbiakan varian baru. Sehingga sampai saat ini belum ditemukan vaksin dan obat yang mampu menghentikan penyebaran virus tersebut dalam tubuh manusia.

“Kondisi ini yang membuat masyarakat harus bisa berdampingan dengan virus corona yang sudah menelan beberapa korban jiwa mulai dari masyarakat, hingga tenaga medis,” ucap Eppy, Selasa (9/6).

Eppy menilai pemerintah mulai mempersiapkan diri untuk menyusun rencana baru untuk keberlangsungan kehidupan. Ini setelah dicabutnya PSBB yang ada di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. “Kondisi ini membuat kita akan hidup berdamai bersama Covid 19,” ucapnya.

Dengan upaya melakukan pencegahan melalui upaya propotif dan prefentif untuk menekan orang yang terinfeksi serendah mungkin melalui kebiasaan baru seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun atau handzanitiser sesering mungkin, tidak bersentuhan atau berjabat tangan, menjaga jarak sosial dan tidak ikut dalam sebuah kerumunan orang banyak.

“Ini karena manusia yang menjadi host penyebaran virus Covid-19 ini tidak bisa untuk dikendalikan. Disisi lain kebutuhan ekonomi menjadi pemikiran baru dalam penyebaran penularan Covid 19, sebab pergerakan tersebut juga susah dikendalikan walaupun PSBB diperpanjang bahkan lockdown diberlakukan,” jelas Eppy.

Eppy menambahkan jika situasi serta kondisi seperti saat ini sebenarnya telah dialami oleh masyarakat Indonesia, seperti ketika Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah  (KLB DB) yang menyerang beberapa waktu yang lalu, hal tersebut juga menimbulkan kematian.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi KLB DB adalah bukan melakukan pemberantasan namun kita melakukan pencegahan melalui upaya propotif dan prefentif. “Sampai saat ini pun kematian akibat demam berdarah juga masih ada, hal tersebut dikarenakan kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam melakukan 3 M (menguras, mengubur, membakar),” jelas Eppy.

Dengan kejadian seperti saat ini seperti Covid 19 yang menjadi pandemi, tidak bisa sepenuhya hilang namun akan selalu ada pergerakan atau mutasi baru sehingga masyarakat perlu beradaptasi dengan perilaku baru yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat  (PHBS).

“Sehingga masyarakat harus mulai dengan tata kehidupan baru dengan tetap menjalankan kehidupan keseharian secara normal ditambah dengan menjaga jarak, pakai masker, cuci tangan, tidak bersentuhan, tidak menggunakan barang barang yang dipegang bergantian dengan orang lain. Mungkin juga perilaku baru tersebut dapat mencegah penularan dan penyebaran dari penyakit lain,” ucap Eppy. (sar humas)