Dosen Unusa Mengajar Ilmu Komputer di Guilin University China

Surabaya – Dua dosen program studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menjadi dosen tamu di Guilin University of Electronic Technology (GUET), Guangxi, Cina. Mereka adalah Rizqi Putri Nourma Budiarti MT dan Ima Kurniastuti ST.

Keduanya akan mengajar ilmu komputer di GUET, mulai 8 Desember 2019 hingga Januari 2019. Pada Kamis pagi (5/12/2019), mereka bertolak ke Guilin bersama Dekan FT Unusa, Dr Istas Pratomo MT.

“Berdasarkan informasi dari Tiongkok Culture Center, ada kebutuhan tenaga pengajar di GUET. Alhamdulillah, dua dosen Unusa ini memenuhi kualifikasi dosen tamu yang mereka inginkan,” kata Dr Istas, sesaat sebelum terbang ke China dari Bandara Juanda, Surabaya.

GUET merupakan salah satu dari empat universitas di China yang fokus pada bidang teknologi elektronik. Universitas ini mendapat support dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China. GUET yang berdiri sejak tahun 1960 termasuk universitas bergengsi di Guangxi Zhiang,  yang berhasil membentuk multidisiplin di banyak bidang keteknikan dan teknlogi informasi.

Dr Istas menjelaskan, kegiatan dosen Unusa menjadi dosen tamu di China dibutuhkan untuk akreditasi prodi maupun universitas. Sebelumnya, salah satu persyaratan akreditasi adalah kehadiran dosen tamu dari luar negeri yang mengajar di universitas. Kini, ketentuan baru dari Kemenristekdikti menyebutkan, universitas harus mengirim dosennya untuk menjadi dosen tamu di luar negeri.

“Kegiatan dosen SI menjadi dosen tamu di LN sekaligus tindak lanjut keinginan Rektor Unusa untuk menekan sleeping MoU. Selama ini banyak kerja sama yang telah ditandatangani, namun tidak ada implementasi program nyata, ” kata Istas.

Oleh karenanya, FT Unusa memulai dengan mengirim dosen SI menjadi dosen tamu di GUET. Mereka akan mengajar sebanyak 32 kali pertemuan, di mana setiap pertemuan berlangsung 45 menit.

“Butuh keberanian khusus dan wawasan yang luas dari para dosen untuk mengajar dalam bahasa Inggris, di hadapan para mahasiswa dengan kultur yang berbeda,” kata Dr Istas mengapreasiasi para dosennya.

Setelah kegiatan riil di lapangan dan terbentuk komunikasi dengan pihak universitas di LN, tentunya akan ditindaklanjuti dengan kerja sama lebih luas. Seperti student exchange, joint research (kolaborasi penelitian), joint jurnal dan publikasi (review jurnal).

“Sudah bukan eranya kerja sama hanya seremonial. Namun didahului dengan kegiatan nyata, baru ditingkatkan menjadi sebuah MoU. Unusa tak mau lagi menjadi jago kandang. Dosen Unusa juga bisa menjadi dosen tamu di LN,” pungkasnya. (hap/Humas Unusa)