Menurut PP. RI. No. 109, 2012 rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya dengan cara dibakar dan dihisap asapnya dan/atau dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Sedangkan, merokok merupakan aktifitas membakar tembakau kemudian menghisap asapnya menggunakan rokok maupun pipa (Sitepoe, 2000).
Rokok menjadi salah satu permasalahan yang tidak pernah tuntas bila dibicarakan tentang cara penanganan yang tepat. Di era sekarang ini banyak masyarakat Indonesia mengonsumsi rokok hampir sebagai kebutuhan pokok mereka. Hal ini turut menjadi penyumbang angka kematian akibat rokok sebesar 22,5% dari total kematian pertahunnya di Indonesia.
Indonesia adalah produsen tembakau terbesar kelima. Ini adalah salah satu dari lima produsen dan eksportir rokok teratas. Indonesia adalah negara konsumen rokok terbesar keempat. Pada 2008, konsumsi rokok di Indonesia adalah 225 juta batang rokok. Negara ini adalah konsumen rokok terbesar ketiga di dunia (GATS, 2011).
Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2010 menunjukkan bahwa konsumsi rokok rata-rata per orang (usia 15 tahun ke atas) adalah 12 batang / hari. Juga ditemukan bahwa mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung tidak menggunakan tembakau. Prevalensi merokok di kalangan lulusan universitas adalah 20,6% dibandingkan dengan 26,3% di antara mereka yang tidak bersekolah (GATS, 2011).
Menurut data Global Adult Tobaco Survey 2011. Di Indonesia, 67,4% pria dan 4,5% wanita saat ini menggunakan tembakau dalam bentuk merokok atau smokeless form. Penggunaan tembakau lebih umum di daerah pedesaan (39,1%) dibandingkan dengan daerah perkotaan (33,0%). Prevalensi merokok adalah 67,0% (57,6 juta) di antara pria dan 2,7% (2,3 juta) di antara wanita (GATS, 2011). Sedangkan, menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014, 20,3% anak usia sekolah merokok (36,2 % anak laki-laki dan 4,3% anak perempuan).
Melihat kondisi semacam itu, 6 dosen dari Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengadakan penyuluhan guna mengubah persepsi rokok yang ada di masyarakat. Lokasi yang dipilih adalah masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-Hidayah Ngawi, Jawa Timur. Ke 6 dosen tersebut adalah dr. Hafid Algristian, Sp.KJ., Marselli Widya Lestari, dr. Fiemel Setya Amaydhea, Yunyastiti Dwidya Palupi, Sri Safariawati M.A.A. Nur Lidya R.L.
Ketua tim Pengabdian kepada Masyarakat Hafid Algristian mengungkapkan Di antara semua orang dewasa, 51,3% terpapar asap tembakau di tempat kerja (laki-laki 58%, perempuan 41,4%), 78,8% terpapar asap tembakau di rumah masing-masing, 85,4% terpapar asap tembakau saat mengunjungi restoran, dan 70% terpapar asap tembakau saat menggunakan transportasi umum (GATS, 2011).
“Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, 57,3% anak sekolah berusia 13-15 tahun terpapar asap rokok dirumah dan 60% terpapar di rumah dan di tempat umum,” ungkapnya.
Peningkatan jumlah perokok di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal juga faktor eksternal. Faktor internal seperti persepsi, sikap fakta dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal seperti pengaruh orang tua, teman dan fatwa haram rokok. Semua hal tersebut menimbulkan persepsi yang berbeda pada tiap orang tentang merokok. Setelah seseorang memiliki persepsi tersendiri tentang merokok kemudian muncul suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar, dalam hal ini adalah merokok. Jika setuju maka seseorang akan melakukan aktivitas merokok, tapi jika tidak setuju maka seseorang tidak akan merokok.
Hafid Algristian menambahkan, Pondok pesantren Al Hidayah merupakan salah satu pondok pesantren yang didirikanoleh KH.Khoirul Anam Mu’min SH, MHI yang berasal dari Bojonegoro, JawaTimur. Pada tahun 1997 Pondok pesantren ini didirikan di Desa Sondriyan Desa majasem Kecamatan Kendal kabupaten Ngawi Jawa Timur. “Penyuluhan presepsi mengenai rokok sangat perlu diberikan di pondok ini untuk mencegah dan menurunkan jumlah perokok dikalangan para santri,” tambahnya.
Sebanyak 99 Peserta penyuluhan turut serta dalam kegiatan tersebut, peserta merupakan masyarakat di sekitar pondok pesantren Al-Hidayah Ngawi. Kegiatan berjalan dengan lancar dari pukul 09.00 hingga pukul 12.00. Penyuluhan diawali dengan sambutan dari ketua pondok pesantren Al-Hidayah dan dokter Abraham dari UNUSA. Selanjutnya dilakukan bakti sosial dan penyuluhan terhadap persepsi tentang rokok.
Hafid Algristian menjelaskan hasil yang didapatkan sangat memuaskan, peserta aktif dalam penyuluhan persepsi rokok dan tanya jawab tentang kuisioner yang sudah disiapkan. “Mereka juga saling menceritakan pengalaman dan masalah yang sudah mereka hadapi tekait persepsi tentang rokok, dilihat dari feedback peserta, dapat dikatakan kegiatan ini berhasil. Peserta juga mendapatkan pamphlet berisi penyuluhan tentang persepsi rokok,” pungkasnya. (Humas Unusa)