Surabaya – Program Studi S1 Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) kembali menyelenggarakan 3rd Nutrition Day yang dikemas melalui kegiatan Kuliah Pakar dengan tema “Makan Bergizi Gratis: Aksi Kesehatan dan Gizi Anak.” Kegiatan ini menghadirkan para praktisi profesional dari Badan Gizi Nasional (BGN) dan Satuan Pelayanan Penyelenggara Gizi (SPPG) untuk mengupas peran sentral ahli gizi dalam keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini menjadi program prioritas pemerintah
Dalam sambutan pembuka, Rektor UNUSA, Prof. Dr. Ir. Triyogi Yuwono, DEA, IPU, ASEAN.Eng., menegaskan bahwa isu gizi kini tengah menjadi perhatian publik seiring implementasi Program MBG secara nasional. Menurutnya, meningkatnya pembahasan tentang gizi juga membuat mahasiswa gizi berada pada posisi strategis sebagai salah satu elemen penting dalam penyuksesan program pemerintah tersebut.
“Program MBG ini, apa yang mungkin dianggap biasa oleh sebagian orang, justru merupakan sesuatu yang luar biasa bagi banyak masyarakat. Dan dalam konteks ini, mahasiswa gizi punya peran yang sangat besar dalam menyiapkan generasi sehat,” ujarnya.
Prof. Triyogi menekankan bahwa mahasiswa prodi S1 Gizi UNUSA perlu fokus menyelesaikan studi dengan baik agar tidak terlambat berkontribusi dalam MBG. Ia juga mengapresiasi potensi mahasiswa gizi UNUSA yang selama ini telah memiliki dapur praktik dan kemampuan mengolah makanan sehat. Menurutnya, mahasiswa dapat mulai melakukan aksi nyata dengan memproduksi dan menjual makanan bergizi di kantin kampus sebagai bentuk edukasi langsung kepada masyarakat.
“Ini bukan sekadar berjualan. Ini adalah bentuk edukasi gizi. Pembeli dapat memahami kandungan gizi dalam makanan yang mereka konsumsi dan menyebarkan pengetahuan tersebut kepada orang sekitar,” tambahnya.

Pada kuliah pakar ini turut menghadirkan Tiara Devi Maharani, S.Pt., M.Han., Koordinator BGN Wilayah Kota Surabaya, yang menjelaskan kerangka kebijakan pemerintah terkait Program MBG. Ia menyampaikan bahwa MBG tidak hanya fokus pada penyediaan makanan, tetapi memiliki empat tujuan strategis, yaitu pertama, meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya pada bahan pangan, yang secara tidak langsung berimplikasi positif pada ekonomi petani.
Kedua, meningkatkan kesehatan anak, melalui konsumsi makanan bergizi seimbang yang terukur. Kemudian, meningkatkan kualitas pendidikan, karena gizi yang baik berpengaruh pada pertumbuhan, konsentrasi belajar, dan produktivitas siswa. Serta mewujudkan ketahanan pangan yang baik, sebagai pondasi pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
“Program MBG adalah investasi jangka panjang bagi bangsa karena menyentuh aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan pangan secara bersamaan,” jelas Tiara.
Narasumber kedua, Erna Dwi Murtasiyah, S.Gz., Kepala SPPG Cerme Gresik, menekankan bahwa ahli gizi merupakan tenaga profesional yang memegang peran vital dalam pelaksanaan MBG. Dalam praktiknya, ahli gizi memiliki tanggung jawab strategis seperti: pengembangan mutu makanan, pengawasan kualitas, konsultasi gizi, monitoring dan evaluasi, pelatihan serta edukasi gizi, lalu pengendalian mutu (quality control), dan penjaminan keamanan pangan.
“Pengawas program MBG memang harus seorang ahli gizi. Peran mereka sangat fundamental dan tidak bisa digantikan profesi lain,” tegasnya. Erna juga mendorong para mahasiswa untuk terus percaya diri mengembangkan kompetensi, karena profesi gizi semakin dibutuhkan dalam berbagai sektor layanan publik.

Hadir pula, Achmad Hendry atau Chef Kumink, Chef Dapur SPPG, yang berbagi pengalaman mengenai teknik pengolahan makanan bergizi sesuai standar MBG. Ia menekankan bahwa tantangan terbesar dalam penyelenggaraan program ini adalah memastikan makanan tetap memiliki cita rasa yang disukai anak-anak meskipun kandungan gizinya telah ditetapkan secara ketat.
“Makanan sehat harus tetap enak dan menarik agar anak-anak mau mengonsumsi dengan senang hati. Itu kunci keberhasilan program MBG di lapangan,” jelasnya.
Melalui 3rd Nutrition Day ini, UNUSA mendukung pembangunan gizi nasional dan penguatan kompetensi calon ahli gizi profesional. Kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan mahasiswa, tetapi juga membuka ruang dialog antara akademisi, praktisi, dan pemerintah dalam memastikan pelaksanaan Program MBG berjalan efektif dan berkelanjutan. (Humas Unusa)
English

