Dosen Unusa Jelaskan Bahaya Campuran BKO Pada Obat Herbal

Surabaya – Di tengah gempuran aktivitas yang padat dan cuaca yang tidak dapat diprediksi. Seringkali masyarakat merasa mudah lelah dan sakit. Kondisi ini membuat masyarakat gemar mencari solusi alami untuk menjaga kesehatan.

Oleh karenanya tak heran jika obat herbal semakin populer di pasaran. Titel obat herbal yang ‘alami’ ini tidak semuanya benar-benar alami. Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), Dr. Handayani, dr., M.Kes., menuturkan jika beberapa obat herbal mengandung campuran bahan kimia obat (BKO) yang bisa membahayakan tubuh.

“Campuran BKO berarti produsen menambahkan zat aktif dari obat kimia. Misalnya sildenafil yaitu obat kuat, deksametason yang merupakan obat antiinflamasi atau sibutramin yang merupakan obat pelangsing, ke dalam produk herbal,” jelas dosen yang akrab disapa dokter Han itu.

Tujuan dari campuran itu sederhana, agar efeknya lebih cepat terasa. Dokter Han menegaskan jika efek samping dari campuran BKO tidak main-main. Kerusakan hati dan ginjal akibat metabolisme zat kimia yang berat. Tekanan darah melonjak atau jantung berdebar karena pengaruh stimulan.

“Lalu ketergantungan dan gejala putus obat bila dihentikan mendadak, dan bahkan bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung bila dikonsumsi tanpa pengawasan medis,” ungkapnya.

Menurutnya hal itu lebih berbahaya karena rasa aman yang dimiliki masyarakat ketika mengkonsumsinya, lantaran meyakini obat tersebut sebagai jamu tradisional. Supaya tidak terpedaya oleh klaim dan iklan, dosen farmakologi tersebut memberikan tips dalam memilih produk herbal.

“Pastikan produk memiliki nomor izin BPOM (POM TR atau POM); konsultasikan dengan dokter atau apoteker bila ingin mengkonsumsi rutin; lalu perhatikan penggunaan bahan herbal yang terbukti aman seperti kunyit, temulawak, hingga sambiloto; serta perlu mengingat bahwa herbal bekerja secara perlahan – efeknya tidak instan namun mendukung keseimbangan alami tubuh,” tutupnya.(Humas Unusa)