Raih IPK Tertinggi, Dukungan Orang Tua dan Prinsip Hidup Jadi Kunci

Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama’ Surabaya (Unusa) kembali lahirkan lulusan berprestasi. Salah satunya adalah Shofiyah Ajeng Sekar Arum, mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat yang tercatat sebagai mahasiswa berprestasi dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tertinggi. Memiliki semangat tinggi, pantang menyerah serta dukungan orang tua menjadi salah satu kunci keberhasilannya. 

Dalam wawancaranya, mahasiswa kelahiran Surabaya itu menyatakan bahwa orang tuanya selalu meyakinkannya bahwa semuanya akan bisa terlewati dan selesai. Terlebih ketika dirinya mengeluh mengenai perkuliahan yang melelahkan.  “Di samping itu, saya berusaha berpegang pada prinsip yang saya pegang; lakukan dulu yang terbaik pada setiap kesempatan, karena usaha baik tidak akan mengkhianati hasil,” tuturnya. 

Motivasi Memilih Unusa

Bukan asal memilih, mahasiswa kelahiran Lamongan itu benar-benar melakukan riset terhadap pemilihan kampus yang akan ia tuju. Memiliki ketertarikan pada bidang kesehatan sejak SMA, membuatnya menjadikan Kesehatan Masyarakat Unusa menjadi salah satu pilihan. “Melihat prospek kerja yang bisa dibilang luas. Terlebih saya juga menyukai materi pembelajarannya. Maka dari itu, saya memantapkan untuk berada di Kesehatan Masyarakat,” jelasnya. 

Jaga Konsistensi Belajar

Metode belajar yang efektif bagi setiap orang jelas berbeda. Bagi Shofiyah, dirinya sendiri lebih nyaman belajar untuk ujian akhir jauh sebelum hari pelaksanaan. Untuk menajamkan ingatan usai kelas, ia juga menyempatkan untuk merangkum kembali materi yang telah tersampaikan. Menumpuk tugas bukanlah rutinitas yang terbiasa baginya. Sebisa mungkin untuk segera mengerjakan tugas yang sudah terjadwal. 

Arti Pencapaian IPK Tertinggi

Meraih IPK tinggi tentu bukan hal yang bisa terlaksana dalam waktu singkat dan sedikit akan rintangan. Dibalik catatan akademik yang nyaris sempurna, ada tangis, keluh dan dukungan yang tiada henti selalu menyertai. Bagi Shofiyah, pencapaian ini bukan sekedar angka. “Bagi saya, penghargaan ini sebuah bukti dari proses, konsistensi, dan kerja keras saya selama masa perkuliahan,” ungkapnya. 

Pada akhir, mahasiswa tiga bersaudara itu menegaskan untuk mahasiswa yang masih di bangku perkuliahan agar menggunakan waktu dan kesempatannya dengan baik. “Temukan cara belajar yang nyaman untuk diri sendiri dan libatkan diskusi sebagai salah satu metode belajar untuk bertukar pikiran,” tutup Shofiyah. (Humas Unusa/Zhw)