CEO Alvara Research Center Paparkan Kuliah Perdana di Pengukuhan PKKMB Unusa: Peran Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045

Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) resmi kukuhkan 4.875 mahasiswa baru pada Senin (9/9) bertempat di Dyandra Convention Hall. Salah satu rangkaian agendanya merupakan kuliah tamu dari Direktur Utama Alvara Research Center, Hasanuddin Ali. Dalam paparannya yang bertajuk “Understanding Indonesia Today and Tomorrow”. Kuliah tamu tersebut memiliki poin penting dalam menekankan pentingnya peran generasi muda dalam mewujudkan visi Indonesia emas 2045. 

Menurut Hasanuddin, Kondisi Indonesia hari ini menunjukkan perbedaan yang signifikan terbanding dengan lima hingga sepuluh tahun lalu. Menurutnya, Indonesia saat ini sedang berada dalam momen penting, yaitu bonus demografi. Berdasarkan data sensus penduduk 2020, mayoritas masyarakat Indonesia adalah generasi muda yang terdiri dari Gen Z dan sebagian milenial. “Gen Z itu ibarat anak kandung internet, mereka begitu dekat dengan dunia digital dan media sosial. Rata-rata penggunaan internet pada generasi ini lebih dari delapan jam per hari,” katanya. 

Melanjutkan mengenai dunia digital yang amat familiar dengan generasi z, transformasi digital membawa tantangan sekaligus peluang. Digitalisasi membuat masyarakat memiliki ketergantungan tinggi pada internet. Tidak sedikit yang terjebak dalam kecanduan. Termasuk maraknya fenomena pinjaman online (pinjol) dan perjudian online (judol).

Berbeda dengan penggunaan teknologi secara cerdas. Data, teknologi, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif merupakan kunci utama menghadapi era industri 4.0 serta perkembangan kecerdasan buatan. “Jadikanlah AI sebagai alat untuk berkolaborasi, bukan sebagai pengendali diri kita,” tutur alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu. 

Selain itu, Pria kelahiran Gresik itu kian menyoroti adanya kesenjangan antar generasi. Banyak stigma yang muncul bahwa gen z adalah generasi yang tidak memiliki loyalitas. Di sisi lain, bertebaran pulan cibiran mengenai gen x yang tidak cocok untuk menjadi rekan kerja bagi gen z. Direktur Utama Alvara Research Center itu menegaskan, bahwa stigma tersebut tidak benar. “Bagaimanapun kita harus tetap beradaptasi pada zaman. Karena setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya,” ucapnya. 

Lebih lanjut, hasil survei terbaru mengungkap adanya tiga tipe anak muda saat ini, yaitu social butterfly atau si paling eksis (16,06%), digital junky atau si digital banget (39,7%), serta slow living atau si santai abis (44,7%). Menurutnya, ketiga tipe ini harus berkolaborasi karena masing-masing memiliki keunggulan tersendiri yang dapat mendorong keberhasilan Indonesia di masa depan.

“Indonesia ini merupakan zamrud khatulistiwa yang harus kita jaga, rawat, dan isi dengan karya-karya kita. Karena anak muda adalah penentu Indonesia emas 2045,” tutup Hasanuddin. (Humas Unusa/Zhw)