Surabaya – Perkembangan teknologi digital yang pesat, seperti AI, robotika, IoT, dan big data, mengubah lanskap pekerjaan dan menuntut keterampilan baru. Beberapa pekerjaan yang mulai tidak relevan atau bahkan hilang, menuntut pegawai untuk memiliki keterampilan baru, bahkan kompleksitas tugas yang seringkali tidak pasti.
Kondisi ini juga dibenarkan oleh Direktur Pijar Foundation, Ageng Sajiwo yang menuturkan kehadiran teknologi yang begitu massive telah membuat beberapa pekerjaan di dunia industri mulai dihilangkan pada Talkshow Future Talent Hub di Auditorium lantai 9 Tower Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dengan tema Memulai Karir di Era Digital.
Ageng menuturkan mahasiswa juga perlu awas dengan hilangnya jenis-jenis pekerjaan lama, karena bisa jadi itu merupakan pekerjaan yang menjadi impian selama ini. Meskipun begitu dia juga menegaskan bahwa akan ada banyak job role baru yang tentunya tidak akan lepas dari digital.
“Kalau dilihat, teman-teman (mahasiswa Unusa, red) banyak yang di bidang kesehatan jangan tenang-tenang atau cuek aja,” ujarnya.
Meskipun berkecimpung di dunia kesehatan, awareness terhadap digital juga diperlukan. Misalnya dengan contoh paling sederhana adalah pendaftaran pemeriksaan kesehatan yang saat ini sudah dilakukan secara online di banyak fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain itu dirinya juga menjelaskan jika saat ini sudah berada pada era ekonomi digital. Sehingga apabila kebutuhan industri terhadap sumber daya manusia yang terampil dalam teknologi digital, juga perlu diimbangi dengan lulusan dari perguruan tinggi yang paham terhadap teknologi digital. Dengan memahami situasi yang dibutuhkan oleh dunia industri.
Hal itu pula yang dipersiapkan oleh Unusa, sebagai perguruan tinggi yang sadar akan perkembangan teknologi digital yang begitu pesat. Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., menegaskan bahwa Unusa selalu berusaha mempersiapkan lulusan-lulusan terbaik yang memahami dunia industri.
Dengan kolaborasi bersama industri-industri melalui berbagai program dapat membantu mahasiswa untuk memiliki gambaran langsung situasi di dunia industri. Hal ini telah dilakukan pula oleh Unusa, baik itu dalam bentuk kerjasama, seminar maupun talkshow.
“Dengan komunikasi yang baik antara perguruan tinggi dengan usher dunia kerja, bisa membuat perguruan tinggi mengetahui kebutuhan, kebiasaan, keperluan dan kapasitas apa yang harus dimiliki lulusan,” jelasnya.

Marketing Manager PT. Nutrifood Indonesia Area Jawa Timur, Andre Setiawan mengatakan bahwa beradaptasi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan yang ada dengan memanfaatkan teknologi digital. Hal itu yang dilakukan oleh PT. Nutrifood Indonesia sehingga bisa bertahan sejak 1979 hingga sekarang.
“Dengan memanfaatkan digital marketing, teknologi digital, dan akhirnya bisa sustain. Dan harus ada integrasi, baik itu task point secara online maupun task point secara offline,” bebernya.
Hadirnya marketplace menjadi gebrakan bagi industri, mudahnya akses juga membuka peluang untuk banyaknya bisnis yang masuk. Dengan memiliki diferensiasi dari bisnis-bisnis lainnya ini dapat membantu suatu industri bisa bertahan lama.
“Setelah memiliki channel atau kata lain ‘toko’ itu kemudian penting untuk bisa membangun aktivitasnya di sebuah sosial media. Selain itu membuat aplikasi sendiri juga menjadi hal yang dilakukan Nutrifood, agar bisa mempertahankan customer organik, dengan selalu mengintegrasikan website dan aplikasi kami ke marketplace atau social media,” jelasnya.
Andre menuturkan kita perlu memiliki digital mindset. Diawali dengan agility, bisa beradaptasi dengan memanfaatkan setiap kebutuhan yang ada. Bisa melihat kebutuhan dan keahlian apa yang diperlukan.
Kemudian ada Inovasi, tidak takut melakukan sesuatu yang baru. Lalu data driven, maksudnya bisa memanfaatkan data dengan baik. Sehingga memiliki literasi data itu menjadi sangat penting untuk bisa memanfaatkan digital dengan baik. Terakhir customer centricity, harus fokus pada keinginan dan kebutuhan konsumen.
“Dengan memiliki digital mindset, kita bisa mendobrak tantangan yang ada di masa mendatang di era digital,” tegasnya.
Selain itu memiliki digital personal branding juga perlu dibentuk untuk membangun sebuah kepercayaan akan adanya kredibilitas. Tak hanya itu, personal branding pula yang dapat menarik kesempatan yang lebih baik. Serta dengan adanya personal branding ini dapat menunjukkan karakter yang kuat.
Dapat dikatakan, dalam menghadapi era digital ini kita perlu untuk terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi-teknologi baru. Tidak takut mengeksplorasi peluang baru, serta membangun personal branding yang kuat pada platform digital. (Humas Unusa)