Surabaya – Dr. Teguh Herlambang, Dosen Sistem Informasi Fakultas Ekonomi Bisnis dan Teknologi Digital (FEBTD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), mengungkapkan pandangannya mengenai perkembangan teknologi di era digital yang semakin pesat pasca pandemi. Ia menyebut bahwa teknologi kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
“Jika pada tahun 1990-an dan awal 2000-an teknologi masih bisa dikendalikan oleh manusia, kini justru teknologi yang mengendalikan manusia,” ungkap Teguh. “Lihat saja, hampir semua orang tidak bisa lepas dari smartphone. Bahkan anak kecil pun sudah mahir menggunakannya,” tambahnya.
Menurut Teguh, keberadaan teknologi tidak hanya mempengaruhi gaya hidup tetapi juga membawa tantangan besar, terutama dalam dunia bisnis. Transformasi digital memunculkan persaingan yang semakin ketat, di mana perusahaan yang tidak beradaptasi dengan cepat bisa tertinggal.
“Perusahaan harus siap menghadapi era ini dengan keterampilan yang mumpuni. Ada lima hal penting yang perlu dilakukan, seperti mengasah hard skill, memperkaya softskill, mengelola informasi, menguasai bahasa asing, dan mencari pengalaman langsung di bidang teknologi,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya penguasaan teknologi digital, termasuk software, coding, dan analisis data, sebagai salah satu aspek utama dalam mendukung daya saing di era digital. Selain itu, Teguh juga menggarisbawahi peran soft skill seperti komunikasi dan kreativitas yang tidak kalah pentingnya.
Namun, Teguh juga mencatat bahwa perkembangan teknologi membawa dampak sosial yang signifikan. Pola komunikasi tradisional yang mengandalkan pertemuan fisik dan kehangatan interaksi mulai tergantikan oleh komunikasi melalui media sosial.
“Dulu, interaksi sosial dengan kontak mata dan persentuhan fisik sangat penting. Kini, WhatsApp, Facebook, atau Instagram menggantikannya. Hal ini tentu memiliki dampak terhadap hubungan sosial kita,” katanya.
Selain itu, perkembangan teknologi juga dianggap mengancam beberapa jenis pekerjaan. Banyak posisi di sektor kerja diprediksi akan tergantikan oleh mesin cerdas dan robot, seperti kasir, operator telepon, hingga agen perjalanan.
“Teknologi industri terkini memang membawa efisiensi, tetapi disisi lain, angka pengangguran bisa meningkat. Ini perlu menjadi perhatian serius bagi semua pihak,” ujarnya.
Teguh berharap agar teknologi yang semakin maju tidak mengurangi sifat manusia sebagai makhluk sosial. “Semoga teknologi ini tidak membuat manusia manja dan kehilangan kemampuan untuk bergerak aktif,” tutupnya.
Transformasi digital memang membawa berbagai peluang, tetapi juga tantangan besar yang harus dihadapi dengan kesiapan keterampilan, inovasi, dan adaptasi yang berkelanjutan. (***)