Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) kembali melangsungkan prosesi wisuda bagi para lulusannya pada Kamis (26/9), termasuk salah satu mahasiswi berprestasi, Nabila Mutiara Putri. Nabila merupakan mahasiswa program studi S1 Kedokteran yang siap meraih gelar Sarjana Kedokteran dalam momen yang ia sebut sebagai kado terindah dalam hidupnya.
Momentum wisuda kali ini, digelar bertepatan dengan tanggal lahir perempuan asal Gresik itu. Ia merasa perjuangannya semasa kuliah juga terbayar dan menjadi spesial saat dirayakan bersamaan dengan hari kelahirannya.
“Ini merupakan kado terindah karena alhamdulillah saya sudah resmi menjadi Sarjana Kedokteran. Ini juga menjadi pengingat bagi saya untuk bisa lebih baik lagi, karena perjalanan menjadi dokter juga masih panjang,” tukasnya dengan penuh semangat.
Bagi Nabila, perjalanan untuk mencapai titik ini bukanlah hal yang mudah. Ia mengisahkan lika-liku perjalanannya selama menjadi mahasiswa kedokteran, yang diwarnai dengan tantangan besar dalam menyeimbangkan berbagai aspek kehidupan.
“Jadi mahasiswa kedokteran bisa dibilang tidak gampang, apalagi di semester akhir yang mulai banyak ujian yang harus dihadapi. Yang paling utama adalah bagaimana saya bisa membagi waktu dengan baik antara kuliah, belajar, ibadah, dan tetap menikmati waktu bersama keluarga dan teman-teman,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa selain tuntutan akademik yang tinggi, dirinya juga harus tetap menjaga komitmen dalam menjalankan ibadah sebagai bentuk spiritualitas yang tidak bisa ia abaikan. “Menjadi mahasiswa kedokteran adalah salah satu impian terbesar saya, namun disisi lain, saya harus memastikan bahwa keseimbangan antara akademik dan kehidupan sosial serta spiritual tetap terjaga,” lanjutnya.
Sejak kecil, Nabila telah menanamkan cita-cita besar dalam dirinya, meskipun ia tidak berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang di bidang kesehatan. Justru, keadaan ini semakin memacu dirinya untuk menembus batas-batas tradisional yang ada, menjadikannya sebagai pionir dalam keluarga besar.
“Di keluarga mungkin tidak ada mentor langsung, tapi jadi dokter itu impian sejak kecil. Dan itu jadi tantangan tersendiri, tapi juga jadi motivasi tinggi untuk bisa bermanfaat bagi org lain terutama membantu orang yang sakit. Dan alhamdulillah sejauh ini keluarga support full,” ujar anak bungsu dari pasangan Mulyanto dan Siti Komsatun itu.
Pada akhirnya, Nabila telah membuktikan bahwa impian masa kecilnya untuk menjadi seorang dokter adalah sesuatu yang bisa diwujudkan dengan tekad yang kuat, bahkan ketika ia harus menempuh jalan yang mungkin asing bagi keluarganya. Keberhasilannya menjadi dokter pertama di keluarga besar adalah kisah inspiratif yang tidak hanya mengangkat dirinya secara pribadi, tetapi juga memberikan harapan dan motivasi bagi generasi berikutnya untuk berani bermimpi besar.
Dengan gelar Sarjana Kedokteran yang kini disandangnya, Nabila telah siap untuk melangkah ke fase berikutnya dalam kariernya sebagai dokter. “Impian besar selanjutnya saya ingin bisa mengambil spesialis dermatovenerologi, karena tertarik pada bidang penyakit kulit dan kelamin, terutama pada kesehatan dan kecantikan kulit. Dan terpenting sekarang semoga koasnya bisa lancar dan sukses,” harapnya. (Humas Unusa)