Surabaya – Laboratorium merupakan unsur pendukung yang penting dan strategis dalam pelaksanaan kegiatan akademik di perguruan tinggi. Laboratorium merupakan sarana bagi mahasiswa dan dosen dalam melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Unit laboratorium adalah unit penunjang utama yang dapat membantu melatih keterampilan mahasiswa sebelum langsung berhadapan dengan situasi praktek yang sebenarnya pada unit-unit pelayanan kesehatan yang telah ditentukan oleh institusi.
“Laboratorium yang digunakan tentunya masih terkait dengan mata kuliah yang diajarkan sehingga mahasiswa terlebih dahulu harus menguasai materi perkuliahan dengan baik sesuai dengan tujuan instruksional pembelajaran. Ini pula yang ada di Fakultas Kesehatan Unusa (Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya),” ujar Wakil Dekan Fakultas Kesehatan (FKes) Unusa Firdaus, S.Kep.Ns., M.Kes, Senin (26/2).
Firdaus melanjutkan, FKes Unusa memiliki 11 laboratorium. Rinciannya 5 laboratorium untuk analis kesehatan, 2 laboratorium untuk gizi, laboratorium untuk K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) ada 3 unit, sedangkan 2 lainnya merupakan laboratorium untuk Kesehatan Masyarakat (Kesmas).
“Namun pemakaian sharing ya. Misalnya ada mahasiswa gizi yang ingin memakai laboratorium analis itu diperbolehkan. Jadi ada laboratorium yang khusus sharing bisa dipakai bersama,” tuturnya.
“Mahasiswa dari fakultas lain juga boleh memakai laboratorium Fakultas Kesehatan,” imbuhnya.
Firdaus mengungkapkan, laboratorium Fakultas Kesehatan selalu melakukan update teknologi. Ini juga dilakukan sebagai salah satu upaya untuk los akreditasi.
“Kalau kita tidak melakukan (update teknologi) itu nanti akreditasi tidak lolos,” tukasnya.
Dengan adanya laboratorium yang ditunjang teknologi terkini diharapkan mahasiswa dapat melakukan praktikum mandiri secara benar sehingga nantinya akan dihasilkan output mahasiswa yang kompeten di bidangnya. Misalnya mahasiswa yang siap pakai di rumah sakit.
Keberadaan laboratorium mampu mendorong mahasiswa mencetak prestasi di bidang digital. Misalnya laboratorium Audio Visual Aids (AVA). Kehadiran lab AVA mendorong mahasiswa aktif mempelajari teknologi pengembangan media. Sehingga mahasiswa memiliki nilai plus dalam membuat promosi kesehatan di media sosial atau media digital lainnya. (***)