Surabaya – Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memberikan pelatihan bagi kader kesehatan di Desa Masangan Kjlon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo beberapa waktu lalu.
Pelatihan ini terkait masalah deteksi dini tumbuh kembang balita (bayi di bawah lima tahun). Karena tumbuh kembang balita itu penting demi kelanjutan masa depan si anak ke depan. Karena jika tumbuh kembang balita tidak dipantau dan mengalami kendala ke depannya maka akan merugikan masa depan si anak itu sendiri.
Dosen Unusa yang terlibat dalam pelatihan ini yakni Catur Wulandari, S.ST., M.Gizi, Farah Nuriannisa, S.Gz., MPH, Paramita Viantry, S.Gz.RD.,M.Biomed, Anugrah Linda Mutiarani, S.Gz.,M.Kes dan dr. Windi Indria Rini, Sp.M.
Ketua Tim Pengmas Unusa, Catur Wulandari mengaku sengaja memilih Desa Masangan Kulon karena di desa itu 63 kader kesehatannya bukan berasal dari dunia kesehatan. Atau tidak memiliki pengetahuan formal tentang kesehatan. “Padahal mereka adalah ujung tombak kesehatan bagi warganya. Dari mereka kondisi kesehatan warga bisa diketahui,” ujarnya.
Catur melihat para kader itu sangat aktif melakukan kegiatan-kegiatan kesehatan salah satunya Posyandu Balita. “Mereka juga aktif memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jadwal imunisasi balita, jadwal posyandu dan informasi lainnya,” kata Catur.
Biasanya saat Posyandu Balita, ada banyak kegiatan yang dilakukan. Seperti pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan. Pengukuran tersebut dilakukan sekali bulan saat posyandu digelar. Terkadang pengukuran tersebut menjadi sulit saat balita kurang kooperatif saat pengukuran dilakukan.
Sedangkan terkait pemantauan perkembangan balita di Desa Masangnkulon belum dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan kader kesehatan dalam melakukan pemantauan perkembangan balita, sehingga dalam kegiatan posyandu balita hanya berfokus pada pemantauan pertumbuhan balita.
Karena itu pembinaan kader merupakan sarana penting untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan Posyandu, khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita sebagai acuan untuk deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang balita.
Jika kader kesehatan kurang terampil dalam melakukan pemantauan tumbuh kembang balita dapat mengakibatkan tidak termonitornya tumbuh kembang balita secara optimal. Sehingga berpotensi meningkatkan angka kesakitan pada balita di Desa Masangan Kulon.
Karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kader dalam hal pemantauan tumbuh kembang balita di desa itu. Peningkatan kapasitas dapat digambarkan melalui meningkatnya pengetahuan kader dalam hal pemantauan tumbuh kembang balita.
Peningkatan kapasitas tersebut diharapkan kader memiliki keterampilan pemantauan tumbuh kembang balita yang baik dan benar, kemudian mengaplikasikannya saat pendampingan ibu anak balita dan secara tidak langsung akan meningkatkan deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita.
“Alhamdulillah dari pretest dan posttest, kader kesehatan mengalami peningkatan kemampuan dalam bidang kesehatan khususnya dalam melakukan pemantauan tumbuh kembang balita,” tutur Catur. (***)