Prodi SI Gelar ’Capstone Project Award’

Mengajak mahasiswa ikut memberikan solusi terhadap masalah yang ada di masyarakat adalah salah satu cara Program Studi Sistem Informasi Unusa dalam menyampaikan Mata Kuliah Capstone Project. Mata kuliah ber-SKS empat pada semester lima ini menugaskan mahasiswa secara kelompok untuk membuat proyek dari masalah yang ditemui di masyarakat terkait dengan disiplin ilmu sistem informasi.

Ada 19 kelompok terbentuk pada semester lalu, dan Kamis (19/1) siang tadi hasil kerja tim tersebut dilombakan dalam acara Capstone Project Award. “Ada sepuluh kelompok yang berhasil masuk ke tahap selanjutnya. Kesepuluh tim ini mempresentasikan karya mereka dihadapan juri independen, bukan lagi kepada dosennya,” kata Ka Prodi SI, Ima Kurniastuti S.T., MT.

Tujuan akhir dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa belajar dan mengalami proses perancangan produk (engineering design process) dari aplikasi atau software yang mereka buat. “Mata kuliah ini harus real problem di masyarakat dan penting untuk dipecahkan,” katanya.

Selain itu, melalui mata kuliah ini, kata Ima menambahkan, mahasiswa juga diharapkan memperoleh pengetahuan softskill. Utamanya tentang teamwork, kemampuan berkomunikasi, dan problem solving (kemauan untuk berfikir), karena pada setiap kelompok, saat menentukan pembuatan tugas, pengetahuan softskill itu harus mereka kuasai.

Diakhir kegiatan terpilih tiga kelompok yang berhak memperoleh award masing-masing proyek Sitem Informasi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU; Sistem Informasi Keuangan Siswa; dan Sistem informasi LSP Indohusada.

Dikatakan Maisyatul Fikriyyah Al Muhafadhoh, mahasiswa semester lima yang membuat proyek Sitem Informasi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU, ia dan kelompoknya menemukan masalah soal pencatatan dan penyaluran pada LAZISNU di Kec. Balungpanggang, Gresik. “Sebelum ini pencatatan dan penyaluran serta peruntukkan dan penggunaannya dicatata secara manual. Kami mencoba memberikan solusinya dengan membuatkan software ini, sehingga mempermudah dalam pencatatan, penyaluran sekaligus bisa dipertanggungjawabkan secara transparan,” katanya.

Ia berharap apa yang telah dibuat oleh timnya akan bisa dikembangkan lebih lanjut dikemudian hari sehingga pertanggungjawaban masalah infaq, sodakoq, dan zakat bisa lebih transparan. “Tim kami baru sebatas merapikan sistem pencatatan dan penyaluran serta penggunaannya, belum menyentuh pada bagaimana membayar zakat secara online,” katanya.

Sementara Mustofa Anwar dan dua rekan lainnya, yang membuat program Sistem Informasi Keuangan Siswa mengungkapkan, masalah yang ia temui di salah satu sekolah adalah soal keakuratan data siswa yang sudah atau belum melakukan pembayaran SPP serta tabungan wajib dari tiap siswa. “Sekolah tersebut sebelumnya mencatatnya secara manual, sehingga lama untuk melacak dan mengetahuinya. Melalui software yang kami buat ini, pihak sekolah bisa lebih cepat mengetahui data siswa yang sudah belum membayar SPP. Nantinya, siswa juga cepat mengetahui berapa jumlah uang tabungan mereka. Software ini sudah digunakan dan diaplikasikan pada sekolah tersebut,” kata Mustofa. (***)