Surabaya – Lagi. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) Achmad Syafiuddin S.Si., M.Phil., Ph.D., kembali menerima penghargaan karena dedikasinya mengolah limbah cair maupun air tak layak pakai menjadi layak guna. Perannya dalam meneliti air telah dirasakan oleh masyarakat luas. Terlebih oleh masyarakat sekitar UNUSA.
Pada peringatan hari Pahlawan 10 November lalu, dirinya menerima piagam penghargaan Atas Peran Aktifnya Kegiatan Lingkungan dalam Pembangunan IPLCRT dari pemerintah kota Surabaya. Atas perannya dalam membangun instalasi pengelolaan limbah cair rumah tangga (IPLCRT) di Kendangsari.
Meskipun belum dapat menerima langsung, namun pria yang juga dosen Kesehatan Masyarakat itu sangat berterima kasih atas penghargaan yang telah diberikan kepadanya.
Dirinya menjelaskan, bahwa aksinya ini karena mengamati program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Surabaya masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan capaian dari lima pilar pendukung STBM, salah satunya masih 80 persen yaitu pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Padahal pemerintah Surabaya sudah sejak lama mencoba mengatasi hal tersebut. “Jika ingin menjadi paripurna maka harus menyempurnakan pengelolaan limbah cair rumah tangga tersebut, sebagai pilar yang paling challenge bagi Surabaya,” tutur Syafiuddin.

Oleh karenanya dengan teknologi yang dimiliki UNUSA dalam penjernihan air yakni UNUSA Water, pria yang akrab disapa Syafi ini menerapkannya pada daerah di Surabaya yang representatif. Dalam hal ini adalah Kelurahan Kendangsari, yang mana kondisi limbah cair rumah tangga disana turbidity-nya mencapai 47,69. Dengan warna air yang sudah hitam dan berbau busuk.
Secara kebetulan, Kendangsari juga merupakan kampung penghasil sayur organik, lebih tepatnya RW 05 Kendangsari. Biasanya kampung tersebut membeli air PDAM untuk perawatan sayur organik mereka.
“Dengan UNUSA Water, setidaknya bisa menghemat 10-30 m kubik air bersih per-hari atau setara dengan menghemat belanja air Rp25.000 – Rp56.000 per hari,” jelas Syafi.
Teknologi ini mampu memberikan dampak ekonomi dan sosial di Surabaya, khususnya Kendangsari. Dengan itu, warga Kendangsari juga merencanakan adanya usaha bersama yakni cuci motor dengan memanfaatkan air bersih hasil penjernihan tersebut.
Setidaknya ada 3000 lebih masyarakat yang terdampak dari teknologi ini. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 3 kehidupan sehat dan sejahtera serta poin 6 air bersih dan sanitasi layak.(Humas Unusa)
English

