Surabaya – Ketahanan pangan kembali menjadi sorotan utama dalam upaya mewujudkan Indonesia Sehat. Melalui 7th Annual Scientific Meeting (ASM), Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan (FKES) Unusa menghadirkan para pakar kesehatan dan pangan untuk membahas strategi membangun masyarakat yang sehat, mandiri, dan berdaya saing, Kamis (13/11). Kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Kesehatan Nasional 2025.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor III Unusa, Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, DEA., DVM., menegaskan bahwa isu ketahanan pangan memiliki peran sangat vital dalam pembangunan kesehatan masyarakat nasional. Ketahanan pangan, menurutnya, tidak hanya berkaitan dengan ketercukupan bahan makanan, tetapi juga berhubungan erat dengan pertumbuhan masyarakat, kualitas kesehatan publik, serta stabilitas bangsa.
“Ketahanan pangan adalah isu yang sangat fundamental karena erat kaitannya dengan pertumbuhan masyarakat dan keamanan pangan, termasuk bagaimana kita menghindarkan masyarakat dari keracunan maupun penyakit lain akibat pangan yang tidak aman. Sebagai suatu bangsa, kita harus sehat. Dan kesehatan itu dipengaruhi oleh bahan pokok yang kita miliki sendiri, yang tidak bergantung pada impor dari negara lain,” ujarnya.

Dalam forum ini, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang diwakili oleh Dr Warsitah, turut memberikan paparan mendalam mengenai bagaimana ketahanan pangan berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif. Keamanan pangan bukan hanya soal memastikan pangan bebas bahaya, tetapi juga terkait erat dengan ketahanan pembangunan di sektor kesehatan.
Dinas Kesehatan Jatim juga memperkenalkan berbagai program strategis terkait kesehatan masyarakat seperti Desa Sehat, KOPIPU (Konseling Dari Pintu ke Pintu), TANTISTAS–Pelayanan gratis bagi masyarakat tidak mampu, Pelayanan Kesehatan Bergerak, SAJADAH (Santri Jatim Sehat dan Berkah, dan Mental Wellness & Happiness Service.
“Ketahanan dan keamanan pangan menentukan kualitas hidup masyarakat. Jika pangan kita aman, sehat, dan cukup, maka bangsa ini akan kuat. Ini menjadi pondasi utama mewujudkan Indonesia Sehat,” jelas Dr Warsitah dalam diskusinya.
Salah satu pemaparan paling strategis disampaikan oleh David Ardhians, S.TP., M.Si, Ketua Dewan Pakar Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan. Ia menjelaskan bahwa transformasi sistem pangan merupakan titik kunci dalam membangun Indonesia Sehat sekaligus menuju Indonesia Emas 2045.
David menekankan bahwa sistem pangan tidak bisa dipandang hanya sebagai persoalan produksi atau ketersediaan bahan makan, tetapi sebagai ekosistem besar yang menentukan kualitas hidup masyarakat.
“Kedaulatan pangan tidak hanya menjamin pangan cukup, tetapi memastikan pangan itu aman, bergizi, dan berasal dari sistem yang adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Ketika pangan sehat dan terjangkau, kita mengurangi kemiskinan. Ketika pangan aman, kita mencegah penyakit. Ketika pangan diproduksi secara berkelanjutan, kita menjaga bumi,” ujar David.
Dr. Novera Herdiani, S.KM., M.Kes, dosen S1 Kesehatan Masyarakat UNUSA, memberikan pemaparan mengenai pola konsumsi pangan yang baik dan aman bagi kesehatan. Dalam penjelasannya, ia menekankan konsep ABThree — Aman, Bermutu, Bergizi, dan Berimbang — sebagai pilar konsumsi pangan sehat bagi masyarakat Indonesia.
“Keamanan pangan adalah perlindungan pertama. Jika makanan terkontaminasi, maka seluruh manfaat gizi akan hilang bahkan berisiko menyebabkan penyakit. Dan gizi seimbang adalah kunci tumbuh kembang anak, produktivitas remaja, hingga kesehatan orang dewasa. Tanpa gizi yang cukup, pembangunan SDM tidak akan optimal,” ujarnya.
Dr. Novera menegaskan bahwa pola konsumsi berimbang bukan berarti mahal, tetapi memanfaatkan keragaman pangan lokal sebagai sumber nutrisi harian. “Pola makan sehat bisa dimulai dari rumah, dari bahan pangan lokal di sekitar kita. Yang penting adalah variasinya, bukan kemewahannya,” tambahnya.
Melalui kegiatan ini, kita meyakini bahwa upaya membangun Indonesia Sehat hanya dapat terwujud melalui sinergi kuat antara pemerintah, akademisi, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Kolaborasi ini diharapkan menjadi fondasi lahirnya kebijakan dan inovasi yang berorientasi pada kesehatan bangsa. (Humas Unusa)
English

