Surabaya – Dalam upaya memperkuat kualitas sumber daya manusia di lingkungan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT PBNU) menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Selasa, (11/11) siang.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur LPDP,Sudarto, dan Ketua LPT PBNU, Prof Ainun Na’im, disaksikan oleh Prof Mohammad Nuh, jajaran pimpinan LPTNU, Rektor Unusa, serta perwakilan Kementerian Keuangan.
MoU ini menjadi tonggak penting dalam sinergi antara LPDP dan PTNU untuk memperluas akses beasiswa pendidikan lanjut bagi dosen, tenaga kependidikan, dan lulusan terbaik di lingkungan PTNU. Melalui kerja sama ini, LPDP akan mendukung pembiayaan studi lanjut magister dan doctoral, baik di dalam maupun luar negeri bagi sivitas akademika PTNU.
Usai penandatanganan MoU, LPDP melanjutkan dengan memberikan “bocoran” skema beasiswa tahun 2026 melalui sosialisasi program pembiayaan beasiswa dan riset yang bisa diakses perguruan tinggi. Unusa merupakan tiga kampus pertama yang menjadi jujugan LPDP dalam melakukan sosialisasi beasiswa dan pembiayaan riset tahun 2026.
Ketua LPT PBNU, Ainun Na’im, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen Nahdlatul Ulama untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan mencetak SDM unggul yang berdaya saing global. “LPDP dan PTNU memiliki semangat yang sama dalam mencetak generasi intelektual yang berakhlak, berilmu, dan mampu berkontribusi bagi bangsa,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama LPDP,Sudarto menegaskan, LPDP membuka ruang kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai institusi, termasuk ekosistem pendidikan tinggi di bawah naungan Nahdlatul Ulama.
“Kami percaya, peningkatan kapasitas SDM melalui jalur pendidikan tinggi akan menjadi kunci bagi kemajuan bangsa. LPDP siap mendukung penuh upaya PTNU dalam mencetak kader-kader unggul NU,” jelasnya.
Tagline NU ‘Merawat Jagat Membangun Peradaban’ sejalan dengan tujuan LPDP dalam memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi. Artinya, keduanya memiliki pandangan yang sama dalam menjaga ekosistem dunia dan membangun peradaban menjadi lebih baik. Dalam hal ini melalui pendidikan.
“Pesantren dan Nahdlatul Ulama termasuk bagian dalam membangun peradaban Indonesia, yang kita butuhkan hanya satu persen dari ekosistem. Jika ini berdampak, maka mampu membawa seluruh Indonesia maju,” imbuh Sudarto.
Setelah penandatanganan MoU, akan disusun perjanjian kerja sama (PKS) yang mengatur mekanisme pelaksanaan program, termasuk seleksi penerima beasiswa, bidang studi prioritas, serta pola pendampingan akademik bagi penerima beasiswa dari lingkungan PTNU.
Kerja sama ini diharapkan dapat memperluas akses dosen dan mahasiswa PTNU untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, sekaligus memperkuat kapasitas kelembagaan PTNU dalam membangun ekosistem pendidikan tinggi yang unggul, inklusif, dan berkarakter.
Direktur Beasiswa LPDP Dwi Larso, Ph.D menyampaikan bahwa Indonesia masih 0,53% penduduk usia produktif yang menempuh pendidikan S2 dan S3. Sedangkan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand hingga Vietnam, sudah lima kali lipat dari Indonesia.
“Kita masih seperlima dari Malaysia, Vietnam, Thailand yang sepakbolanya tidak sebaik kita. Namun untuk SDM (sumber daya manusia, red) masih tertinggal jauh,” bebernya.
Dirinya menegaskan bahwa saat ini Indonesia ingin mengejar ketertinggalan tersebut dengan menambah dana abadi untuk beasiswa LPDP mencapai Rp 181 triliun. Sejak tahun 2020 pendaftar beasiswa LPDP terus meningkat, namun setidaknya dari 50 ribu pendaftar hanya 4.000 yang bisa terbiayai.
Hal ini karena terkendala biaya. “Setidaknya butuh Rp 1.000 T agar tidak perlu khawatir terkendala biaya dalam membiayai masyarakat Indonesia untuk lanjut S2 maupun S3,” beber Dwi.
Dunia industri dan wirausaha menjadi kunci keberhasilan bangsa. Dwi menuturkan harapannya 25% dari lulusan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mampu membangun industry. Langkah ini tentunya mampu negara maju menjadi lebih cepat.
“Target kami pada 4.0 (tahun 2030, red) menuju Indonesia emas 2045, kegiatan ekonomi, riset, dan inovasi itu dijalankan perguruan tinggi secara massive. Maka Indonesia akan Makmur dari Sabang sampai Merauke,” ungkapnya.
LPDP saat ini hanya mampu membiayai 4000-10000 peserta beasiswa setiap tahunnya, untuk menjadi gerbong terdepan dalam menarik lokomotif Indonesia agar mampu maju bersama-sama. “Oleh karenanya kita perlu bergandeng tangan bersama-sama,” bebernya.

Pada 2026 LPDP lebih fokus pada arah kebijakan dan strategi yang berdampak. Dengan kapasitas STEM 80% yaitu terbagi menjadi STEM murni 60% dan STEM Adjective 20%, kemudian untuk Non-STEM 20%.
“Diibaratkan para pendaftar LPDP ini sedang masuk ke warung tegal yang disuguhkan dengan berbagai macam menu. Seringkali ketika dihadapkan dengan menu yang tersedia, berpikir menu ini kurang menarik. Kemudian anda berpikir bahwa anda memiliki menu yang menarik dan berguna bagi bangsa namun tidak tersedia. Anda bisa masukkan di General STEM,” jelas Dwi.
Ini memberikan kesempatan bagi calon peserta LPDP yang merasa tahu dan memahami kondisi dan kebutuhan bangsa di masa depan. Dwi menegaskan informasi ini baru ia bocorkan pada tiga kampus, salah satunya adalah UNUSA.
“Desember akan segera kita buka menunya seperti apa, Januari akan kami buka pendaftaran. Kemudian Juni juga akan kami buka pendaftaran, yang mungkin metodenya akan berbeda. Namun esensinya tegak dan lurus untuk kemajuan bangsa, mendukung industry Indonesia dan juga sector lain yang terkait dengan sector industry. Termasuk sector agama, filosofi,” pungkasnya.(Humas Unusa)
English

