Unusa Hadirkan Dosen Malaysia Bahas Sejarah dan Perkembangan Tulisan Jawi di Alam Melayu

Surabaya  — Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas jejaring akademik internasional. Salah satu wujud nyatanya adalah penyelenggaraan Visiting Lecture yang menghadirkan akademisi dari luar negeri. Kali ini, FKIP Unusa  menggandeng Encik Muhammad Hanif bin Ali, dosen dari Universiti Islam Selangor (UIS) Malaysia, untuk berbagi wawasan dalam kuliah tamu bertajuk “Sejarah dan Perkembangan Tulisan Jawi di Alam Melayu.”

Kegiatan yang berlangsung di Ruang Seminar C-214, Kampus C Unusa, ini dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan diikuti dengan antusias oleh mahasiswa serta dosen FKIP. Sejak awal sesi, suasana akademik terasa hidup. Para peserta tampak serius menyimak paparan sang narasumber yang dengan lugas namun hangat menjelaskan perjalanan panjang tulisan Jawi sebagai bagian penting dari warisan budaya dan peradaban Islam di dunia Melayu.

Dalam paparannya, Encik Muhammad Hanif menjelaskan bahwa tulisan Jawi memiliki peran besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan dakwah Islam di kawasan Nusantara. Aksara ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tulis, tetapi juga menjadi medium penyebaran ajaran Islam, hukum, kesusastraan, hingga nilai-nilai moral yang membentuk karakter masyarakat Melayu.

“Tulisan Jawi adalah bukti kecanggihan budaya literasi di dunia Melayu. Ia bukan sekadar sistem tulisan, tetapi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan mengandung kekayaan sejarah, agama, dan bahasa,” ungkap Encik Hanif di hadapan peserta, (3/10/ 2025).

Lebih jauh, ia juga membandingkan dinamika penggunaan tulisan Jawi di Malaysia dan Indonesia. Menurutnya, di Malaysia, tulisan Jawi masih mendapat tempat cukup kuat dalam kurikulum pendidikan, terutama di sekolah-sekolah berbasis Islam. Sementara di Indonesia, kesadaran terhadap warisan tulisan Jawi perlu terus ditumbuhkan agar generasi muda tidak kehilangan akar budaya dan sejarahnya sendiri.

 “Saya melihat ada potensi besar di Indonesia untuk menghidupkan kembali tradisi literasi Jawi, terutama melalui dunia pendidikan. Mahasiswa di sini memiliki semangat belajar yang luar biasa, dan itu modal penting untuk melestarikan warisan literasi Melayu-Islam,” tambahnya.

Kegiatan yang berlangsung sekitar dua jam ini tidak hanya berisi paparan ilmiah, tetapi juga interaksi aktif antara pemateri dan peserta. Beberapa mahasiswa tampak antusias mengajukan pertanyaan seputar sejarah, fungsi sosial, dan perbedaan aksara Jawi dengan huruf Arab. Bahkan, beberapa dosen FKIP turut berbagi pengalaman mengenai pelestarian aksara daerah dan tantangan pengajarannya di sekolah.

Di akhir acara, Dr. Nafiah, M.Pd., selaku Wakil Dekan FKIP UNUSA, menyampaikan apresiasi atas kehadiran Encik Muhammad Hanif. Ia menegaskan bahwa kegiatan seperti ini menjadi bagian penting dari strategi internasionalisasi kampus, sekaligus memperkaya perspektif mahasiswa terhadap khazanah budaya Islam di Asia Tenggara.

 “Kami berterima kasih atas kehadiran Encik Hanif yang telah membuka wawasan baru bagi mahasiswa dan dosen UNUSA. Melalui kegiatan ini, kami berharap muncul semangat baru untuk menjaga dan mengembangkan warisan literasi Nusantara di tengah tantangan zaman modern,” ujar Dr. Nafiah saat menyerahkan sertifikat penghargaan kepada narasumber.

Lebih lanjut, Dr. Nafiah menambahkan bahwa FKIP UNUSA berkomitmen untuk terus menghadirkan kegiatan akademik yang berorientasi global tanpa melupakan akar budaya lokal. Menurutnya, pendidikan harus mampu menjadi jembatan antara pengetahuan modern dan nilai-nilai tradisi yang membentuk jati diri bangsa.

“Tulisan Jawi adalah bagian dari identitas sejarah kita. Ketika mahasiswa belajar tentangnya, mereka tidak hanya mempelajari aksara, tetapi juga memahami bagaimana Islam dan kebudayaan Melayu saling berpadu membentuk peradaban di Nusantara,” jelasnya.

Kegiatan Visiting Lecture FKIP UNUSA ini menjadi bukti nyata bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam memperkuat diplomasi budaya antarbangsa. Melalui kerja sama dengan Universiti Islam Selangor, UNUSA tidak hanya membuka ruang akademik lintas negara, tetapi juga membangun jalinan persahabatan dan pertukaran pengetahuan yang saling menguatkan.

Mahasiswa yang hadir pun mengaku mendapatkan banyak wawasan baru. Salah satu peserta, Siti Nur Aini, mahasiswa PGSD FKIP UNUSA, mengungkapkan rasa terinspirasinya setelah mengikuti kuliah tamu ini.

“Saya baru tahu kalau tulisan Jawi punya sejarah panjang dan sangat penting dalam perkembangan literasi Islam. Semoga ke depan UNUSA sering menghadirkan kuliah tamu seperti ini,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, FKIP UNUSA berharap dapat terus memperkuat peran kampus sebagai ruang belajar yang terbuka, berwawasan global, namun tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal. Tulisan Jawi menjadi pengingat bahwa literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang mengenali jati diri dan menghargai warisan budaya yang membentuk peradaban bangsa. (***)