Surabaya – Sebagaimana kita ketahui, beberapa waktu lalu Bali terlanda banjir lagi. Bukan sekedar akibat curah hujan tinggi. Sistem drainase buruk dan alih fungsi lahan. Hal tersebut disampaikan oleh Dosen Kesehatan Masyarakat, Abdul Hakim Zakkiy Fasya, S.KM., M.KL “Ini juga bisa terjadi karena alih fungsi lahan pantai yang awalnya merupakan hutan lindung penuh mangrove (tanaman bakau). Menjadi semakin bergeser karena tingginya tingkat pembangunan infrastruktur pariwisata,” katanya.
Fenomena Alam atau Aktivitas Manusia
Kepada Kabar Unusa, Hakim menyatakan bahwa aktivitas manusia turut berkontribusi atas terjadinya banjir Bali ini. Seperti kegiatan urbanisasi, deforestasi, belum lagi pembangunan pariwisata yang tak terkendali. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar yang memperburuk kondisi lingkungan dan meningkatkan risiko banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, bahwa pemicu banjir dan longsor ini berupa intensitas hujan di atas normal. Lebih dari itu, kondisi hidrologis sungai hingga topografi perbukitan dan pasang laut yang memperlambat aliran sungai. “Wakil Wali Kota Denpasar sempat angkat bicara, bahwa timbulan sampah itu sebagian besar dibuang di sungai. Ini juga menjadi penyebab aliran air di sungai tidak lancar,” lanjut Hakim.
Pengaruh terhadap Kualitas Air Bersih
Banjir juga dapat memengaruhi kualitas air bersih dan sanitasi di daerah terdampak. Kontaminasi terhadap air dapat tercampur dengan limbah dan zat-zat berbahaya. Lebih dari itu, sumber air tidak dapat terpakai jika dalam kondisi banjir.
Selain kualitas air, kerusakan infrastruktur juga menjadi sorotan penting. Karena hal tersebut akan memperparah kondisi kesehatan masyarakat. Dosen Fakultas Kesehatan itu juga menambahkan, bahwa kerusakan infrastruktur juga akan berdampak pada sulitnya melaksanakan kebersihan pribadi (personal hygiene).
Langkah Pencegahan
Sebagai pakar kesehatan lingkungan, Abdul Hakim menjelaskan mengenai lima langkah pencegahan serta mitigasi banjir yang ideal. Normalisasi sungai, dalam artian melakukan normalisasi guna mengurangi risiko banjir. Perbaikan sistem drainase untuk mengurangi genangan air. Melakukan pengelolaan sampah dengan efektif dengan tujuan mengurangi risiko banjir. Beliau juga menambahkan mengenai pentingnya mengedukasi masyarakat.
“Pentingnya memahamkan pada mereka mengenai pentingnya kebersihan lingkungan dan pencegahan banjir. Serta dari semua itu, normalisasi lahan mangrove. Hal ini merupakan sebuah kerjasama lintas sektor. Baik bagi pemerintah, swasta, dan terlebih bagi masyarakat sekitar. Guna menjaga revitalisasi kawasan mangrove,” tutup Dosen Kesehatan Masyarakat itu. (Humas Unusa/Zhw)