Kisah Merry Raih Perunggu di Kejuaraan Pertama

Surabaya – Merry Dewi Larassati, jadi salah satu mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang turut membawa nama kampus jadi lebih bersinar. Dengan menorehkan prestasi pada kejuaraan Pekan Olahraga Mahasiswa Provisini (POMPROV) III Jawa Timur 2025 di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) bulan Mei lalu. Membawa pulang medali perunggu pada kategori under 52kg cabang olahraga Jujitsu.

Bagi Merry capaian itu tentunya jadi hal yang membanggakan baginya, mengingat ini kali pertamanya mengikuti kompetisi. Bisa dikatakan dirinya masih baru dalam dunia bela diri. Berawal dari perguruan pencak silat yang dia ikuti di rumah pada 2024 lalu. “Cari tahu soal background perguruannya, setelah tahu kok jadi tertarik,” bebernya.

Cukup sulit untuk mendapatkan izin dari Ayahnya, karena anak perempuan jadi alasan utama ayah Merry sulit memberikan izin. Khawatir dengan kerasnya seni bela diri hingga cidera yang menjadi bayang-bayang. “Tapi dengan segala penjelasan dan pengertian, akhirnya diizinkan sama Ayah. Kalau Ibu dari awal sudah mengizinkan,” tuturnya.

Banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan juga jadi salah satu pemantik bagi gadis kelahiran 2006 ini ingin menekuni seni bela diri. Tak lama setelah bergabung dengan pencak silat, dia juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jujitsu di Unusa. “Supaya ada kegiatan di kampus juga, biar nggak kuliah pulang kuliah pulang gitu,” ucapnya sambil tertawa.

Anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku tak pernah membayangkan untuk ikut dalam kompetisi saat memutuskan untuk belajar seni bela diri. Hanya sebagai pengetahuan dan mengisi waktu di sela-sela kesibukan kuliah. Namun, bagi pelatihnya Merry memiliki potensi untuk bertanding. Sehingga mengirimkannya di POMPROV III Jatim 2025.

Sempat merasa takut dan overthinking saat mempersiapkan diri menuju kompetisi. Ketakutannya akan tidak mampu membawa hasil yang memuaskan, hingga bayang-bayang cedera. “Karena bawa nama Universitas juga, tapi setelah sharing sama temen di bilang fokus aja dulu. Nggak usah mikir yang lainnya,” jelasnya.

Pengalaman pertama dalam berkompetisi ini memberikan perasaan yang campur aduk bagi Merry. Bagaimana tidak? Salah satu lawannya sudah memegang sabuk cokelat, yang tingkatnya jauh diatasnya yang masih sabuk kuning. Dengan keyakinan akan kemampuannya, dia bisa menaklukkan kekhawatirannya dan membawa pulang medali perunggu.

Tak ingin cepat puas, dia memotivasi dirinya sendiri untuk terus memberikan yang terbaik. Sehingga mampu mengikuti kompetisi-kompetisi lainnya dan menjadi atlet professional. (Humas Unusa)