Dosen Unusa Jabarkan Kasus TBC di Indonesia Tinggi: Nomor Dua di Dunia

Surabaya – Tuberkulosis (TBc) hingga saat ini masih merupakan salah satu penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyebabkan angka kematian tinggi di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati peringkat kedua dengan kasus TBc tertinggi di dunia. 

Mengutip berita dari detikhealth, Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Ina Agustina Isturini mengatakan bahwa per Januari 2025 terdapat ada 860.100 temuan kasus baru TBc, dan diantaranya 751.574 sudah dalam proses pengobatan.

Menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Prof. Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) merupakan penyakit yang ada di dunia bahkan sejak Mesir Kuno hingga saat ini. TBc disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa berbentuk batang. Tuberkulosis ditularkan melalui udara yang dibatukkan (droplet).

“Ketika penderita batuk, partikel yang mengandung Mycobacterium Tuberculosa keluar dan terhirup oleh orang disekitarnya. Orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah akan mengalami sakit sesudah mengalami masa inkubasi. Pada saluran pernapasan (Paru-paru, red) atau juga dapat terinfeksi organ lain di luar paru-paru,” jelas dokter Mulyadi.

Menurut data Kemenkes setidaknya 1,0 juta kasus TBc dengan jumlah kematian 125 ribu di Indonesia. Menurut dokter Mulyadi manifestasi gejala TBc tergantung bagian tubuh yang terinfeksi, serta berat ringannya penyakit. Kalau manifestasi di saluran napas maka akan timbul batuk, kalau di bagian otak maka akan nyeri kepala berkepanjangan, dan sebagainya. Untuk menegakkan diagnose, perlu pemeriksaan yang dibutuhkan sesuai organ tubuh yang terkena.

“Program pengobatan TBc di Indoensia mengikuti regulasi yang sudah ditetapkan oleh Kemenkes dan gratis untuk seluruh penduduk Indonesia. Seharusnya setiap pasien TBc dapat disembuhkan, apabila sesuai dengan protokol dan panduan yang telah ditetapkan,” pungkas dokter Mulyadi. (Humas Unusa)