Surabaya – Efikasi diri atau self-efficacy menjadi faktor kunci dalam mencegah perilaku merokok pada remaja, khususnya di lingkungan pesantren. Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Rusdianingseh, M.Kep.Ns., Sp.Kep. Kom, mengungkapkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam mengendalikan atau melakukan suatu perilaku, termasuk menolak ajakan merokok.
“Efikasi diri yang tinggi dapat menjadi faktor pembangkit motivasi untuk bertindak, sementara efikasi diri yang rendah bisa menjadi penghambat utama dalam pencapaian tujuan perilaku tertentu,” jelas Rusdianingseh.
Dalam penelitian yang telah dilakukan, terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi efikasi diri, yakni pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, persuasi sosial, serta keadaan fisiologis dan emosional. Remaja dengan efikasi diri tinggi lebih mampu menolak ajakan merokok meskipun berada dalam tekanan lingkungan sosial yang kuat.
Di lingkungan pesantren, perilaku merokok masih dianggap sebagai hal yang wajar bagi sebagian santri. Banyak santri merasa yakin dan mampu merokok seperti remaja lainnya, terutama karena pengaruh teman sebaya. Selain itu, kurangnya wawasan tentang bahaya merokok juga menjadi faktor yang menyebabkan meningkatnya kebiasaan ini di kalangan remaja.
“Orang dengan efikasi diri yang tinggi cenderung mencari cara lain untuk mengatasi stres dan tekanan emosional selain merokok. Mereka lebih mampu menolak ajakan merokok dan lebih besar kemungkinannya untuk berhenti dibandingkan mereka yang memiliki efikasi diri rendah,” tambahnya.
Lebih lanjut, dukungan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan efikasi diri remaja. Studi menunjukkan bahwa efikasi diri yang kuat, dikombinasikan dengan pengaruh teman sebaya yang positif, dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan remaja untuk merokok. Sebaliknya, lingkungan yang mendukung kebiasaan merokok justru meningkatkan risiko bagi remaja untuk mulai atau terus melanjutkan kebiasaan tersebut.
“Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan pemahaman kepada remaja tentang bahaya merokok serta membangun keyakinan diri mereka dalam menolak pengaruh negatif lingkungan. Dengan efikasi diri yang tinggi, remaja dapat membuat keputusan yang lebih sehat dan menjauhi kebiasaan merokok,” pungkas Rusdianingseh.
Upaya peningkatan efikasi diri di kalangan remaja dapat menjadi langkah efektif dalam mengurangi angka perokok pemula, khususnya di lingkungan pesantren dan sekolah. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan remaja dapat memiliki kontrol yang lebih baik terhadap perilaku mereka serta mampu membangun pola hidup yang lebih sehat dan produktif. (***)