Surabaya – Anak-anak merupakan anugerah terbesar bagi orang tua, tetapi di balik keceriaan mereka, mungkin tersembunyi masalah mental yang tidak terlihat. Hal ini diungkapkan oleh dr. Hafid Algristian, Sp.KJ, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
“Data dari WHO tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 10-20 persen anak di seluruh dunia mengalami gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan perilaku. Ironisnya, banyak anak tidak mendapatkan penanganan yang tepat,” ungkapnya.
Tantangan Anak di Era Modern
Menurut dr. Hafid, perbedaan generasi membuat pola asuh tradisional sering kali tidak relevan lagi. Anak-anak saat ini tumbuh di tengah teknologi canggih, melimpahnya informasi, dan tekanan sosial yang beragam. Situasi ini diperparah oleh pandemi COVID-19 yang memicu isolasi sosial dan perubahan besar dalam cara belajar.
“Anak-anak menghadapi tantangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Penting bagi orang tua untuk menyesuaikan pola asuh mereka dengan kebutuhan zaman,” tambahnya.
Tanda-tanda Gangguan Mental pada Anak
Dr. Hafid mengingatkan pentingnya deteksi dini untuk mencegah gangguan mental berkembang lebih serius. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai orang tua meliputi:
- Gangguan emosi: Anak mudah marah, cemas, atau sering tampak sedih tanpa alasan jelas.
- Gangguan sosial: Anak menarik diri dari teman-temannya atau merasa terancam dalam situasi sosial.
- Gangguan perilaku: Perubahan drastis dalam pola makan, tidur, atau prestasi sekolah.
- Keluhan fisik: Sering sakit kepala, gangguan tidur, atau keluhan lainnya tanpa sebab medis.
“Jika tanda-tanda ini dibiarkan, dampaknya bisa sangat panjang. Anak mungkin kesulitan belajar, menjalin hubungan sosial, bahkan menghadapi risiko gangguan mental yang lebih berat di masa dewasa,” jelasnya.
Langkah yang Bisa Dilakukan Orang Tua
Dr. Hafid menyarankan agar orang tua membuka komunikasi yang jujur dengan anak. “Dengarkan mereka tanpa menghakimi, berikan empati, dan gunakan bahasa yang sederhana sesuai usia anak. Jika perlu, gunakan kuesioner sederhana seperti Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ-25) untuk mendeteksi potensi masalah mental,” terangnya.
Jika tanda-tanda gangguan mental berlangsung lebih dari dua hingga empat minggu, orang tua disarankan segera berkonsultasi dengan profesional, seperti psikiater atau psikolog.
“Cinta terbaik yang bisa diberikan orang tua adalah waktu dan perhatian. Dengan mendampingi anak dan memperhatikan kesehatan mental mereka, kita memberikan fondasi kuat untuk masa depan mereka,” tutupnya.
Dengan deteksi dini dan dukungan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh bahagia dan siap menghadapi tantangan di masa depan. (***)