Tahu Gak, Ecoprint dan Batik itu Berbeda Loh

INDONESIA merupakan negara yang kaya akan budaya dan kesenian. Salah satu yang unik dan khas adalah seni tekstilnya, seperti Batik, Tenun, hingga Songket. Batik sebagai seni tekstil yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda ini setiap motifnya memiliki makna yang filosofis.

Seni batik dan ecoprint seringkali dianggap hal yang sama, karena sama-sama memberikan pola pada sebuah kain. Akan tetapi pada dasarnya, kedua seni tersebut adalah hal yang berbeda. Pasalnya, teknik yang digunakan untuk membuat Batik lebih rumit dan melalui beberapa tahap serta penggunaan malam (lilin batik) sebagai ciri utamanya.

Mengutip dari laman Gramedia tahap-tahap yang dilakukan untuk batik tulis yakni mulai dari nyungging (membuat pola di kertas), njaplak (memindahkan motif dari kertas ke kain), nglowong (menempelkan lilin batik ke kain menggunakan canting), lalu ngiseni (mengisi motif batik dengan canting). Kemudian nyolet (mengisi bagian motif yang terlihat sering), mopok (tahap menutup bagian yang dicolet dengan lilin batik) biasanya juga diiringi dengan nembok (menutup dasar kain yang tidak ditutup), serta ngelir (proses pewarnaan secara menyeluruh). 

Tak hanya itu, dilanjut dengan nglorod (tahap pertama meluruhkan lilin batik dengan memasukkan kain ke dalam air mendidih), ngrentesi (memberikan titik di garis-garis ornamen utama menggunakan canting kecil), nyumri (menutup kembali beberapa bagian dengan lilin batik), nyoja (mencelupkan kain dengan warna sogan atau coklat), kemudian nglorod (proses terakhir meluruhkan lilin batik dengan memasukkan kain ke dalam air mendidih. 

Proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk menghasilkan satu kain, sehingga muncul penyesuain dengan adanya batik cap. Namun, tetap melakukan beberapa tahap hanya saja dipersingkat.

Berbeda dengan batik, ecoprint merupakan seni tekstil yang menunjukkan detail-detail unik pada daun, tangkai atau bunga pada tumbuhan. Ada tiga jenis teknik yang umumnya digunakan yakni dengan pounding, steam maupun teknik fermentasi daun. Teknik pounding sendiri yakni dengan memukul daun, bunga atau tangkai pada kain.

Teknik steam yakni dengan mengukus kain yang digulung, yang di dalamnya sudah diletakkan daun, bunga atau tangkai sesuai dengan motif yang ingin dihasilkan. Sedangkan, teknik fermentasi daun, yakni dengan merendam daun, bunga atau tangkai dalam air cuka selama beberapa saat. Kemudian susun di atas kain, lalu ditutup plastik dan dipukul. Ketiga teknik ini disarankan untuk langsung menjemur kain tanpa dicuci. Perbedaan ini juga sudah banyak dijelaskan oleh tokoh-tokoh yang bergelut di dunia fashion. (Humas Unusa)