Hari Pohon Sedunia: Manusia dan Lingkungan itu Satu, Jaga Keberlangsungan Hutan di Tengah Degradasi Lingkungan

Surabaya – Munculnya Gerakan Sejuta Pohon di Indonesia ini merupakan inisiatif lingkungan yang bertujuan untuk mengatasi degradasi lingkungan. Sekitar tahun 1980-1990 an, Indonesia mengalami tingkat deforestasi yang signifikan akibat ekspansi sektor perkebunan, pertambangan dan permukiman. Kondisi ini berakibat pada terjadinya bencana alam, seperti banjir, tanah longsor hingga penurunan kualitas udara.

Dari sini, msyarakat mulai menyadari akan pentingnya rehabilitasi lingkungan. Dosen PGSD Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Agus Wahyudi, S.Sos., M.Pd., yang juga pegiat lingkungan mengatakan kondisi hutan di Indonesia saat ini cukup menyedihkan. Meskipun masih didominasi dengan hutan yang asri, akan tetapi dampak dari memburuknya kondisi hutan di Indonesia ini bisa dirasakan, bahkan terus memburuk.

Bukan hanya bencana alam dan global warming, namun mulai munculnya satwa-satwa ke permukiman warga karena kehilangan rumah. “Tidak sedikit juga yang muncul itu satwa-satwa spesies langka,” ujar Agus.

Melihat hal ini, Agus sebagai akademisi yang fokus pada pendidikan dasar juga menegaskan bahwa pendidikan mengenai lingkungan hidup sejak dini itu penting. “Mengedukasi sejak dini mengenai bagaimana pentingnya peran pohon,” jelasnya.

Bukan hanya berupa materi, penting bagi peserta didik untuk melihat secara faktual kondisi hutan tersebut. Sehingga kesadaran akan lingkungan bisa terbangun sendiri dengan pengalaman yang dimiliki. “Peran pohon sendiri begitu besar untuk kehidupan makhluk hidup. Mulai dari sumber oksigen, menyediakan pasokan makanan, sumber biodiversitas, hingga menyerap limpasan,” tutur Agus.

“Tapi sayangnya pandangan orang awam terhadap relasi lingkungan dengan manusia itu terpisah, padahal keduanya memiliki relasi. Karena pada dasarnya manusia itu termasuk makhluk hidup dan membutuhkan lingkungan itu,” imbuhnya. (Humas Unusa)