Surabaya – Isu gempa megathrust, khususnya di wilayah Indonesia, adalah topik serius yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak.
Berfokus pada fenomena tersebut, Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menyelenggarakan acara tahunan bertajuk 6th Annual Scientific Meeting (ASM) yang kali ini berkolaborasi dengan DMC Dompet Dhuafa. Talkshow yang digelar pada Selasa (5/11) ini mengangkat tema “Dari Dasar Laut ke Pusat Kota: Menghadapi Ancaman Megathrust”.
Megathrust sendiri merupakan gempa besar yang terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik, dan Indonesia, berada di kawasan Cincin Api Pasifik, memiliki risiko tinggi terhadap kejadian tersebut. Hingga saat ini, kapan terjadinya masih belum bisa diprediksi.
Plt Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jawa Timur, Dadang Iqwandy, S.T., M.T., menjelaskan bahwa wilayah Jawa Timur memiliki 14 jenis potensi bencana alam yang perlu diwaspadai dan dipahami oleh masyarakat. Menurut Dadang, bencana yang menjadi ancaman utama di provinsi ini adalah gempa bumi, mengingat letaknya yang berada di kawasan rawan gempa serta dekat dengan beberapa jalur pertemuan lempeng tektonik aktif.
“Kita tetap harus selalu waspada ya, apalagi megathrust ini belum bisa diprediksi. Bertanya-tanya apakah isu ini hoaks atau bagaimana, bahwa megathrust ini adalah sebuah potensi ancaman bencana, sehingga kita memang harus siap siaga. Kemudian, yang dikhawatirkan dari megathrust adalah selain merusak, ini juga gempa yang berpotensi tsunami,” tukasnya.
Lebih lanjut, Dadang mengungkapkan bahwa pemerintah daerah juga memperkuat sistem pemantauan bencana dan memperbarui sarana serta infrastruktur penanggulangan bencana. Dirinya bersama tim juga telah melakukan kegiatan desa tangguh bencana di beberapa desa hingga satuan pendidikan aman bencana di beberapa sekolah.
“Sebagai bentuk aksi siap siaga, kami telah memasang beberapa sirine dan rambu evakuasi di banyak tempat di wilayah Jatim, pun kita juga telah melaksanakan kegiatan intervensi untuk masyarakat yang juga bekerja sama dengan beberapa pihak,” ucapnya.
Narasumber lain, Maizar Helmi, S.Pd., selaku Staf Kerelawanan Departemen Respon dan Recovery DMC Dompet Dhuafa menekankan bahwa salah satu langkah awal yang sangat krusial adalah menanamkan awareness atau kesadaran di kalangan masyarakat mengenai pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana.
“Intervensi yang paling utama yang bisa dan harus kita lakukan saat ini adalah menumbuhkan kesiapan dan kewaspadaan masyarakat. DMC Dompet Dhuafa sendiri telah berkomitmen untuk tidak hanya melakukan intervensi sesaat tetapi juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan,” ujarnya.
Ditambahkannya, Maizar menjelaskan bahwa DMC Dompet Dhuafa telah mengambil langkah konkret melalui program kampung tangguh, yaitu sebuah inisiatif yang bertujuan untuk membangun desa-desa yang mandiri dan tangguh dalam menghadapi bencana. Program ini telah diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia yang berisiko tinggi terkena dampak bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, atau longsor.
Pada kesempatan yang sama, Dosen S1 Kesehatan Masyarakat Unusa, Abdul Hakim Zakky, S.KM.,M.KL., turut menyampaikan bahwa isu megathrust ini bukan hal remeh yang dapat diacuhkan, justru masyarakat harus bersiap untuk potensi tersebut.
“Mengingat dampak setelah bencana atau bahkan sebelum bencana, kita juga harus menyiapkan mental. Menurut studi, yang menyebabkan korban kecelakaan pada suatu tragedi yakni kepanikan, sehingga minimal kita harus siap mental akan segalanya,” imbuhnya.
Tak kalah penting, Hakim juga mengingatkan agar masyarakat menyiapkan beberapa keperluan darurat dalam sebuah tas anti air yang aman, diantaranya dokumen-dokumen penting, persediaan makanan, pakaian, dan uang yang cukup. Hal tersebut guna mengantisipasi barang-barang sebelum terjadinya bencana.
Dengan dihadiri oleh ratusan peserta, talkshow ini bertujuan untuk membangun kesadaran dan meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi potensi ancaman megathrust. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Unusa berharap melalui acara ilmiah ini, kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan organisasi kemanusiaan dapat terus terjalin guna menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dalam menghadapi bencana. (Humas Unusa)