Optimalisasi Kesehatan Mental untuk Cegah Prilaku Bullying pada Anak Usia Sekolah

Surabaya – Bullying atau perundungan terus terjadi. Hal ini menjadi perhatian semua pihak. Karena bullying ini memberikan dampak buruk bagi korban. Sehingga edukasi perlu dilakukan agar kasus ini tidak terus terjadi.

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yakni Nur Hidaayah, Syiddatul Budury dan Nunik Purwanti dibantu beberapa mahasiswa mengedukasi siswa-siswi di SDN Ketintang 1 Surabaya agar tidak lagi melakukan bullying. Edukasi dilakukan sejak Maret hingga Agustus 2024 lalu.

Selama beberapa bulan itu, dosen dan mahasiswa melakukan program pemberdayaan dan psikoedukasi untuk mencegah perilaku bullying ini.

Nur Hidaayah selaku Ketua Tim Pengabdian Masyarakat mengatakan kegiatan pengmas ini karena adanya rasa resah begitu banyaknya kasus bullying terutama pada anak sekolah.

“Dari sana kami ingin anak-anak ini stop bullying. Mulainya dari anak sekolah dasar karena ketika mereka mulai besar bisa tahu dan mengerti kalau bullying itu tidak boleh dilakukan,” jelasnya.

Ditambahkan Nur, tim sengaja mengambil lokasi pengmas di SDN Ketintang 1 karena di sekolah itu belum memahami cara bergaul dengan benar tanpa perilaku kekerasan atau bullying, perlu memahami dampak terjadi bullying bagi orang lain dan diri sendiri. Serta pencegahan tindakan kekerasan terhadap anak di sekolah.
Siswa belum mamahami cara mencegah prilaku kekerasan.

Dikatakan Nur, anak yang terlibat dalam perilaku bullying akan memberikan respon diantaranya melawan, pendiam, penakut, suka menghindar dan muncul rasa tidak peduli. Selain itu perilaku bullying juga akan menimbulkan dampak terhadap korban maupun pelaku bullying.

World Health Organization (WHO) menyatakan 37 persen bullying terjadi pada anak perempuan dan anak laki-laki 42 persen.Jenis perilaku bullying yang terjadi yaitu kekerasan seksual, pertengkaran fisik dan perundungan.b

Berdasarkan data dari KPAI pada 2020 telah tercacat adanya 199 kasus bullying pada kalangan anak, hal ini mengalami peningkatan karena pada tahun sebelum-sebelumnya kasus bullying hanya berkisar dari 30-60 kasus. Salah satu survei yang pernah dilakukan di Indonesia menyatakan bahwa angka kejadian bullying pada pelajar di sekolah adalah sebanyak 34-67%. 42,5% pelajar melaporkan pernah menjadi korban bullying fisik di sekolah.

Sedangkan 34,06% lainnya mengatakan pernah mendapatkan bullying psikologis. 63% pelajar menyatakan pernah menyaksikan tindakan bullying di sekolah. 20% pelajar lainnya bahkan menyatakan pernah menjadi pelaku aksi bullying. Pelajar perempuan dilaporkan lebih banyak menyaksikan aksi bullying dari pada laki-laki.

Dalam menurunkan kejadian bullying tentunya juga diperlukan penanganan terhadap pelaku bullying pada kondisi psikologisnya. Terdapat banyak cara untuk mengurangi atau menghilangkan masalah psikologis pada pelaku bullying salah satunya dengan memberikan edukasi. edukasi merupakan sebuah usaha membantu klien dalam mengembangkan aneka life skills atau keterampilan hidup lewat aneka program terstruktur yang diselenggarakan berbasis kelompok. (***)