Surabaya – Perwakilan perguruan tinggi dari empat negara berkumpul di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membahas perkembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dalam International Conference on Applied Sciences, Education, and Technology (iConASET), pada Rabu (11/9/2024).
Achmad Jazidie Rektor Unusa mengatakan, agenda perkumpulan akademisi dari berbagai universitas dalam iConASET itu, merupakan yang ketiga kalinya, dan diadakan setiap dua tahun sekali.
“Alhamdulillah, sejak kegiatan pertama hingga pelaksanaan tahun ketiga, jumlah peserta dan pematerinya terus bertambah,” kata Jazidie.
Konferensi tersebut, kata dia, mengulas 131 paper berbentuk makalah, yang 90 diantaranya berasal dari internal Unusa, dan 41 sisanya dari eksternal.
Paper-paper tersebut, berasal dari berbagai Fakultas, mulai dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomi Bisnis dan Teknologi Digital, hingga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 10 paper.
“Produktivitas jumlah ini sangat ditentukan oleh seberapa lama fakultas itu hadir. Fakultas Keperawatan dan Kebidanan memang fakultas tertua di Unusa dan menjadi cikal bakal berdirinya kampus Unusa, yang fokus pada bidang kesehatan. Oleh karena itu, di Unusa baik dosen maupun jumlah mahasiswanya sebagian besar, lebih dari 75 persen adalah perempuan,” ucapnya.
Ia berharap, seminar itu bisa menjadi ajang kolaborasi global yang memperkuat peran akademisi dalam memecahkan berbagai permasalahan dunia.
“Pendidikan tinggi harus mampu menjembatani kebutuhan industri dan perkembangan teknologi modern. iConASET menghadirkan kesempatan untuk mengintegrasikan riset dengan solusi praktis di berbagai bidang, seperti kesehatan, energi, pendidikan, dan industri,” tuturnya.
Sementara itu, M. Nuh Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) mengatakan, melalui konferensi itu, pihaknya ingin tradisi pertemuan antar akademisi dari berbagai negara untuk membahas paper itu dilestarikan, sehingga bisa menjadi langkah bagus dalam perkembangan pendidikan kedepannya.
“Budaya akademik inilah yang mau kita kuatkan. Sehingga dosen-dosen, mahasiswa, itu sudah terbiasa bergaul dengan teman-teman komunitas dunia. Salah satu di antaranya itu, tukar-menukar atau sharing pengalaman, sharing knowledge dari berbagai ilmuwan yang ada di dunia ini,” ucapnya.
Lebih lanjut, pembahasan dalam konferensi tersebut menurutnya sangat penting, yakni terkait menyinggung perkembangan teknologi yang memasuki 5.0 society.
“Sangat sayang kalau kita sudah memasuki 5.0 tapi kita tidak mengenali apa itu 5.0 itu. Nah, di konferensi ini, ada berbagai macam pandangan, bagaimana memanfaatkan 5.0 itu untuk meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan kualitas kehidupan, termasuk juga bagaimana menyemai benih-benih kemanusiaan perdamaian abadi,” bebernya.
Seperti diketahui, beberapa narasumber perwakilan dari universitas luar negeri yakni Nordin bin Mamat dari Universiti Pendidikan Sultan Idrus Malaysia, Naushad Shamim Ahnad dari King Saud University Saudi Arabia, dan Erol Kam dari Istanbul Technical University Turki. (***)