Bahas Manajemen Work-Life Balance bagi Gen-Z, FKes Unusa Gelar Seminar Guest Lecture

Surabaya – Masalah kesehatan mental di Indonesia masih menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan, terutama di kalangan mahasiswa. Konsep kesehatan tidak hanya terbatas pada fisik, tetapi juga mencakup keseimbangan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk mental dan sosial.

Melihat urgensi tersebut, Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berinisiatif mengadakan Seminar Guest Lecture dengan “Managing Work-life Balance Among Young Adults”. Bertempat di Auditorium Tower Kampus B Unusa pada Jumat (21/6), seminar ini turut mendatangkan salah satu narasumber dari Universiti Putra Malaysia (UPM).

Prof. Dr. Norhasmah binti Sulaiman, Kepala Program Studi Gizi, Fakulti Perubatan dan Sains Kesihatan, UPM, menjelaskan bahwa gaya hidup mahasiswa yang sibuk sering kali membuat mereka mengesampingkan pentingnya asupan nutrisi yang seimbang dan cukup. Kebiasaan ini dapat berakibat pada kurangnya asupan nutrisi yang sangat diperlukan untuk menjaga stamina dan fungsi tubuh yang optimal.

“Pola makan yang tidak seimbang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mahasiswa. Kurangnya asupan nutrisi dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kelelahan, penurunan sistem imun, masalah pencernaan, dan bahkan gangguan konsentrasi serta penurunan performa akademik,” tuturnya.

Norhasmah menambahkan edukasi dan kesadaran tentang pentingnya gizi harus terus ditingkatkan agar mahasiswa dapat menjalani kehidupan akademik dan personal mereka dengan lebih baik dan sehat. “Mahasiswa juga perlu belajar mengatur waktu dengan baik sehingga mereka dapat menyempatkan diri untuk menyiapkan makanan yang sehat meskipun di tengah kesibukan,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Kedokteran Unusa, dr. Hafid Algristian, Sp.KJ., menyampaikan bahwa prevalensi gangguan kesehatan mental terbesar yang terjadi di Indonesia adalah gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 19,8 persen dan mayoritas pengidapnya adalah mahasiswa.

“Pada usia 15 tahun ke atas, individu sedang berada dalam fase penting perkembangan kehidupan, baik dari segi pendidikan, karier, maupun hubungan interpersonal. Tekanan untuk berprestasi, mencari identitas diri, serta mengelola berbagai tanggung jawab dapat menjadi pemicu utama gangguan mental emosional, dan pengelolaan stress menjadi hal yang sangat penting, ” ucapnya.

dr. Hafid mengatakan dalam pengelolaan stress terdapat tiga poin yang mampu dikontrol untuk mencegah stress berlebih yakni pemenuhan nutrisi yang seimbang, pengelolaan kualitas tidur, dan aktivitas seperti olahraga.

“Untuk meminimalisir stress kita dapat bernegosiasi dengan diri sendiri. Dalam mengadopsi work-life balance perlu memaknai sepenting apa aktivitas karir dengan kehidupan pribadi, kita harus mahir menentukan dan mengelompokkan segala  sesuatunya berdasarkan skala prioritas, utamanya mahasiswa,” tuturnya.

Secara keseluruhan, pemenuhan nutrisi yang baik dan pengelolaan stres yang efektif adalah dua aspek yang saling terkait dan sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan mahasiswa. Dengan memperhatikan kedua hal ini, mahasiswa dapat lebih siap menghadapi tantangan akademik dan kehidupan sehari-hari, serta mencapai potensi penuh mereka baik di bidang akademik maupun dalam kehidupan pribadi. (Humas Unusa)