Tiga Dosen FKK Unusa Edukasi Masyarakat tentang Pencegahan Dini HIV/AIDS

Surabaya – HIV/AIDS merupakan suatu penyakit menular yang sangat mematikan dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini.

Penderita penyakit ini  terus meningkat jumlahnya, dan telah menjadi masalah global yang melanda dunia (Djoerban, 2019). Bahkan, penyakit HIV/AIDS juga telah menjadi permasalahan serius pada negara berkembang, diantaranya Indonesia..

Bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS disebabkan oleh resiko penularan dari penyakit tersebut (Kemenkes RI, 2020). Resiko penularan HIV/AIDS memegang peranan penting, karena resiko penularan merupakan gerbang awal masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang. Resiko penularan HIV/AIDS salah satunya disebabkan oleh hubungan seksual.

Sebagian masyarakat relatif belum mengetahui tentang resiko penularan HIV/AIDS, sehingga penanganan serius pada permasalahan ini sangat dibutuhkan dengan amat segera untuk menghalangi penyebaran virus HIV tersebut.

Karena itu tiga dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yakni Erika Martining Wardani, , Riezky Faisal Nugroho dan, Eppy Setiyowati memberikan edukasi masyarakat di Kelurahan Banyuutip, Kecamatan Sawahan, Selasa (4/6) lalu.

Ketiga dosen ini sebelum melakukan survei pendahuluan  bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang pencegahan dini penyakit menular seksual Human ImmunodeficiencyVirus.

“Padahal jumlah penderita sudah sangat banyak dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Kalau ini tidak dicegah maka dikhawatirkan akan terus bertambah,” kata Erika selalu Ketua Tim Pengmas.

Menurut UNAIDS pada 2020 tercatat 35,7 juta kasus HIV/AIDS, pada tahun 2017 tercatat 36,9 juta kasus HIV/AIDS dan pada tahun 2018 tercatat 37,9 juta HIV/AIDS . Data RISKESDAS dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 terdapat 2330 kasus positif HIV.

Selain itu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat terdapat 215 kasus yang terkonfirmasi positif HIV . Menurut data yang dipaparkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya terdapat 69 kasus HIV/AIDS (Dinas Kesehatan Surabaya, 2020).
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS .

Dikatakan Erika, salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini dengan meningkatkkan pengetahuan yang dapat dilakukan dengan memberikan edukasi melalui media.

Banyak metode pendidikan kesehatan yang dapat digunakan dalam memberikan informasi kesehatan, baik itu pendidikan kesehatan perorangan, kelompok, maupun massal.

Metode ceramah merupakan salah satu metode pendidikan kelompok penting yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi. Metode ceramah sangat efektif dalam menyampaikan materi selain murah dan mudah juga dapat menyajikan materi secara luas.

“Berdasarkan analisis situasi terdapat permasalahan yang ada yaitu kebiasaan masyarakat Indonesia adalah jarang memeriksaan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan, rendahnya kepedulian terhadap sekitar akibat pergeseran budaya karena teknologi serta rendahnya pemahaman dan kesadaran untuk melakukan E-health HIV sebagai strategi pencegahan dini penyakit menular seksual human immunodeficiency virus,” jelasnya.

Ketiga dosen Unusa pun memperkenalkan
e-health sebjah  strategi pencegahan dini penyakit menular seksual human immunodeficiency virus.

E-health, pendampingan serta edukasi mengenai upaya pencegahan dan penularan dilakukan di wilayah kelurahan Banyu Urip Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Jumlah Peserta dari kegiatan pengabdian ini sebanyak 88 responden yang merupakan warga masyarakat sekitar. Saat hari  pelaksanaan,  masyarakat  dilakukan pendataan  dan  diberikan  pre-test  untuk  menilai  tingkat pengetahuan  terhadap  deteksi dini penyakit menular seksual human immunodeficiency virus.

“Setelahnya,  masyarakat  diberikan  e-health  oleh  pakar  kesehatan  dan  dilakukan  sesi  diskusi serta  tanya  jawab. Pada  akhir  kegiatan, masyarakat  diminta  mengisi  lembar  post-test  untuk mengetahui apakah telah terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan dini penyakit menular seksual human immunodeficiency virus setelah e-health tersebut,” jelasnya. (***)