Surabaya – Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi incaran seluruh mahasiswa di Indonesia. Karena dengan lolos program ini, maka kesempatan untuk bisa menjadi bagian dari Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) terbuka lebar. Apalagi, tampil Pimnas adalah impian mahasiswa.
Prof Bambang Dwi Argo DEA, Reviewer PKM sejak 2000 hingga saat ini memberikan tips bagaimana bisa lolos PKM hingga ke Pimnas. Prof Bambang mengatakan yang utama adalah mahasiswa harus mengetahui alur PKM.
“PKM yang berlangsung selama enam bulan mulai penulisan proposal hingga ke Pimnas itu harus diketahui alurnya sehingga mahasiswa paham betul bagaimana harus memulai dan melakukan lagkah-langkahh,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Workshop Program Kreataivitas Mahasiswa yang digelar Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Kamis (25/1/2024).
Dikatakan Prof Bambang, mahasiswa harus memulai dengan penulisan proposal dan dilakukan seleksi oleh perguruan tinggi masing-masing. Pengiriman proposal ke Dikti disesuaikan dengan klaster masing-masing perguruan tinggi. “Nah Unusa masuk klaster mana, sehingga ada ketentuan berapa proposal yang maksimal harus dikirimkan. Proposal yang dikirim ke Dikti tidak boleh melebihi ketentuan,” tuturnya.
Setelah itu akan dilakukan seleksi di Dikti. Seleksinya administrasi dan substansi. Kalau proposal lolos seleksi subtansi maka akan diberikan pendanaan PKM. “Setelah itu ada penilaian PKP (Penilaian Kemajuan Pelaksanaan) 2. Penilaian ini mengevaluasi PT yang lolos ke Pimnas. Biasanya dilakukan sebulan sebelum PImnas digelar,” jelasnya.
Namun, Prof Bambang menegaskan bahwa mahasiswa harus mengetahui tiga penilaian saat PKP 2 yakni laporan kemajuan, laporan proposal dan laporan presentasia. “Ini harus dipahami betul. Kalau semua memenuhi akan diundang ke Pimnas,” tambahnya.
Prof Bambang menjelaskan, untuk PKM ini ada 10 skema yang bisa diikuti mahasiswa yakni delapan skema proposal dan dua skema artikel. Dari sepuluh skema itu yang relatf baru adalah PKM Karya Inovatif (KI). “PKM KI ini baru dua kali dilaksanakan karena ada usulan dari perguruan tinggi vokasi. Namun begitu, yang dari universitas tetap bisa mengikuti PKM KI ini,” tandasnya.
PKM KI ini dikatakan Prof Bambang memiliki tujuan membuat sebuah program untuk bisa menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap problematika faktual di masyarakat dan dunia usaha. Selain itu untuk mengasah kreativitas mahasiswa untuk menghasilkan karya invatif yang solutif berbasis iptek.
“Karakteristik PKM KI memberikan solusi bagi masyarakat dan dunia usaha berbentuk bukti nyata yang fungsional dan siap untuk dioperasionalkan penggunanya bukan berbentuk prototype. Dan nantinya inovasi itu bisa diproduksi massal,” tandasnya.
Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie menjelaskan Unusa mempersiapkan mahasiswanya untuk memiliki kemampuan tidak hanya hard skill tapi juga soft skill. Prof Jazidie menyebutkan banyak penelitian melaporkan hard skill atau kemampuan akademik hanya 20 persen menentukan kesuksesan seseorang, sedangkan sisanya 80 persen ditentukan oleeh soft skill misalnya kemampuan bekerja sama, komunikasi dan sebagainya.
“Mengikuti PKM ini, mengasah mahasiswa untuk memiliki kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi. Saya sering mengingatkan kepada adik-adik mahasiswa betapapun pandainya saudara secara akademik tapi kalau tumbuh menjadi pribadi yang egois yang hanya berpikir untuk diri sendiri, meremehkan orang lain, tidak menghargai orang lain ketika diajak kerjasama, maka bisa jadi akan kaget ketika memasuki dunia kerja,” tuturnya. (***)