Aichi, Jepang – Mokhammad Ramadani Ilham Akbar, merupakan salah satu mahasiswa berprestasi dari Prodi S1 Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), saat ini dia menjalani magang internasional di Sariraya Co., Ltd. Jepang dan di sana juga mempunyai islamic center (Toyota Islamic Center, Aichi, Jepang).
Dia magang di sana selama 3 bulan, bertugas menjadi ustad mengisi kegiatan keagamaan di Toyota Islamic Center, sekaligus dia akan mempelajari manajemen bisnis dan produk halal di Jepang.
Anak pasangan almarhum Mokammad Efendi Santoso dan almarhumah Dewi Rikhana ini mengungkapkan, bahwa semua berawal ketika dirinya ikut seleksi tingkat fakultas dan hingga akhirnya dia direkomendasikan oleh Dekan FEBTD Unusa, Dr. Ubaidillah Zuhdi, ST, M.Eng., M.SM,. untuk mengikuti seleksi magang internasional. Dani membagikan kisahnya yang penuh inspirasi dan tantangan.
“Pengalaman magang ini dimulai saat saya diamanahi oleh Bapak Dekan FEBTD untuk mengikuti program magang internasional di Sariraya, Jepang. Dengan hati yang lapang, saya siap mengambil kesempatan yang sangat baik dan mulia ini, juga menambah wawasan dan ilmu saya, serta membagikan ilmu kepada teman-teman di Jepang. Terlebih saya memiliki hobi qiro’ah, dan pas dengan salah satu tugas saya di Toyota Islamic Center,” ungkapnya saat di tempat magang, Kamis (14/12).
Salah satu tantangan utama dihadapi pria yang pernah juara MTQ tahun 2021 tingkat perguruan tinggi se Jawa Timur ini, yakni keterbatasan dalam berkomunikasi karena perbedaan bahasa. Dia menyadari bahwa untuk mengatasi hambatan ini, perlu meningkatkan kemampuan berbahasanya. Oleh karena itu, dia telah mengambil inisiatif untuk aktif belajar dan memperdalam pemahamannya terhadap bahasa yang digunakan di lingkungannya. Selain itu, perbedaan budaya juga menjadi kendala yang menantang baginya.
“Meskipun mungkin sulit pada awalnya, saya melihat perbedaan ini sebagai peluang untuk memperluas pandangan dan pemahaman saya terhadap dunia. Hal ini telah mendorong saya untuk lebih terbuka terhadap pemahaman budaya-budaya yang berbeda dan menumbuhkan semangat dalam belajar untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang beragam. Dengan tekad dan upaya yang terus-menerus, saya yakin bahwa saya dapat mengatasi kendala-kendala ini dan menjadi lebih terampil dalam menghadapi tantangan komunikasi dan perbedaan budaya,” ungkapnya.
Tidak hanya berbicara tentang kendala, Dani juga menuturkan tentang dukungan luar biasa yang diterimanya dari keluarga dan kampus. “Awalnya kaget dan dikira hanya bercanda, namun dengan i’tikad yang baik dan niat yang baik, Alhamdulillah keluarga saya besar hati untuk merestui keberangkatan saya,” tambahnya.
Dukungan dari dosen, kaprodi, dan dekan Unusa juga menjadi aspek krusial dalam keberangkatannya. “Alhamdulillah wa syukurillah, bapak ibu dosen, bapak kaprodi, bapak dekan semua antusias untuk merestui keberangkatan saya,” ucapnya.
Saat tiba di Jepang untuk pertama kalinya, pria kelahiran Mojokerto ini menggambarkan momen tersebut sebagai seperti mimpi yang menjadi kenyataan. “Rasanya seperti mimpi, bisa merasakan suasana Jepang secara langsung, dan tak lupa saat saya di Haneda Airport Tokyo, sujud syukur adalah langkah awal saya saat di Jepang,” ceritanya dengan penuh syukur.
Tentang lingkungan kerja di Jepang, Dani memberikan gambaran yang memukau. “Sangat perfeksionis, mulai dari waktu, cara kerja, dan profesionalitas dalam dunia kerja. Ini lah yang membuat saya semakin semangat dalam dunia magang ini, meskipun hanya 3 bulan,” ungkapnya.
Setelah sukses menyelesaikan masa magangnya nanti, dia memiliki harapan besar untuk masa depan. “Harapan saya, ayo teman-teman mahasiswa, adik-adik mahasiswa kita bisa dan siapapun bisa untuk pergi ke negeri sakura. Tingkatkan lagi kreativitas dan inovasi belajar. Karena, saya yakin jika saya bisa, kalian pasti bisa,” ajaknya penuh semangat.
Sebagai penyemangat dan nasihat bagi adik kelas di Unusa, Dani memberikan tips berharga. Seperti halnya di atas, jangan capek untuk bermimpi. Capek boleh berhenti sejenak, namun silahkan dilanjutkan lagi. Karena akan ada matahari dan pelangi yang akan menyinari dan mewarnai kalian saat malam dan badai berlalu.
“Melalui pengalaman berharga ini, saya tidak hanya membawa pulang ilmu dan pengetahuan baru, tetapi juga semangat dan inspirasi yang dapat memotivasi mahasiswa Unusa lainnya untuk mengejar impian mereka di tingkat internasional,” tutupnya sambil tersenyum penuh keyakinan. (Humas Unusa)