Surabaya – Menjelang perayaan akbar Hari Santri Nasional 2023 yang dipusatkan di Surabaya, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dipercaya menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Grand Final Duta Santri Nasional 2023. Acara Duta Santri Nasional kali ini mengusung tema “Santri Membangun Peradaban dan Perdamaian Dunia”, hal ini sebagai bentuk dorongan para santri dalam memajukan bangsa.
Duta Santri Nasional telah menjadi bagian penting sejak 2016 dalam perayaan Hari Santri Nasional. Kompetisi ini diikuti oleh 6.431 santri yang tersebar di 37 Provinsi di Indonesia, hingga akhirnya terpilih 48 finalis yg lolos dalam babak grand final di Auditorium Unusa, Jumat (19/10).
Dua Ponpes di Jatim berhasil merebut Duta Santri 2023, masing-masing Pondok Pesantren Al Jihad, Surabaya dan Pondok Pesantren Luhur Malang. Terpilih sebagai Duta Santri putra atas nama Ahmad Nasikhul Huda dari Pondok Pesantren Al Jihad, Surabaya. Sedang Duta Santri putri terpilih atas nama Norma Hasanatul dari Pondok Pesantren Luhur Malang.
Ketua Umum Duta Santri Nasional, Syifa’ Nurda Mu’affa, mengatakan kompetisi ini merupakan upaya untuk menumbuhkan bakat yang dimiliki para santri dalam berbagai bidang sekaligus memberikan dampak positif pada kemajuan bangsa.
“Kompetisi ini kami adakan setiap dua tahun sekali sebagai wujud komitmen dalam membangun negeri dan mendorong para santri menjadi agen perubahan yang positif, kami percaya bahwa santri memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan perdamaian dunia,” ujarnya
Selain itu, yang menarik pada Duta Santri Nasional 2023 yakni mengapresiasi para desainer muda dalam menampilkan desain busananya untuk dikenakan oleh 48 finalis yang tengah berkompetensi.
Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., menyampaikan bahwa program inisiatif ajang Duta Santri Nasional ini menjadi salah satu langkah positif dalam mempersiapkan para santri menjadi pemimpin masa depan.
“Kami bersyukur atas kepercayaan yang diberikan serta meyakini acara ini akan menjadi wadah bagi para santri muda untuk menunjukkan potensi terbaik mereka, dan mengekspresikan pemikiran mereka dalam memajukan peradaban global,” ucapnya dalam sambutan yang diberikan.
Jazidie mengungkapkan, jihad di zaman yang sangat kompleks saat ini, tidak lagi merujuk pada pertempuran melainkan perjuangan intelektual. Ada empat hal yang menjadi tantangan dalam jihad santri kedepannya, yakni memperjuangkan keadilan, meningkatkan pendidikan, mengupayakan kesehatan, dan menghapus kemiskinan.
“Meyakini jihad santri ke depan, Unusa sebagai lembaga pendidikan, melakukan upaya kontribusi salah satunya dengan membentuk research center dan research group di masing-masing fakultas. Dan bentuk implementasi tersebut adalah terwujudnya pusat penelitian Center of Environmental Health for Pesantren (CEHP),” tandasnya.
Ditambahkan, ia berharap para santri sebagai pejuang ilmu, terus semangat melakukan jihad intelektual dalam mengembangkan pengetahuan dan mengikuti transformasi teknologi digital.
Unusa menunjukkan komitmennya untuk terus mendukung inisiatif-inisiatif yang menjadi peran santri dalam mendedikasikan baktinya dan menjalankan misi-misi yang diemban oleh Nahdlatul Ulama sekaligus senantiasa memberikan manfaat bagi agama, bangsa, dan negara. (Humas Unusa)