Surabaya – Pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak jangka panjang (sustainable tourism) merupakan fokus dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Hal itu dilakukan untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan terhadap wisatawan lokal, salah satunya di Kampoeng Wisata Lawas Maspati, Kota Surabaya.
Potensi wisata yang ada di Kampoeng Lawas Maspati meliputi wisata budaya, wisata sejarah, wisata kuliner baik makanan maupun minuman tradisional serta wisata permaianan tradisional khas Jawa Timuran yang menjadi daya Tarik wisatawan.
Melihat peluang dan penataan Kampoeng Lawas Maspati yang sudah bagus dan berpotensi menjadi destinasi wisata, maka harapannya Kampoeng Lawas Maspati bisa memperoleh Sertifikasi Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Untuk itu dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) di kampung tersebut. Pengmas kali ini untuk mengedukasi pengurus dan pengelola Kampoeng Lawas Maspati terkait penyiapan dokumen dalam memperoleh sertifikasi CHSE.
Kegiatan ini wujud dari hibah yang diberikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Tidak hanya edukasi, tetapi kegiatan pengabdian masyarakat ini membantu pemenuhan sarana prasarana puntuk mitigasi bencana kebakaran seperti penyediaan Alat pemadam api ringan (APAR), jalur evakuasi, kotak P3K, tandu dan beberapa alat lainnya.
Friska Ayu, S.KM.M.KKK selaku ketua kegiatan pengabdian masyarakat kegiatan, menyampaikan bahwa selain mengedukasi masyarakat untuk tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran, juga dibantu pemenuhan sarana prasarana yang menjadi salah satu syarat memperoleh sertifikasi CHSE.
“Sertifikasi CHSE ini penting untuk memenuhi standar agar bisa menjadi sebuah destinasi wisata,” kata Friska.
Suyatno selaku Koordinator Kampoeng Lawas dan Ketua RW menyambut baik kegiatan ini, serta merasa terbantu. Harapannya ke depannya bisa bekerjasama lagi khususnya membantu menyusun kebijakan dan SOP terkait CHSE.
“Kami masih butuh bimbingan dari orang-orang akademisi seperti Unusa ini,” tandasnya.