Andikawati Fitriasari, S. Kep., Ns., M.Kep. – Dosen S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
SETIAP individu tidak lepas dari masalah yang dihadapi sebagai manusia dalam menjalani dinamika kehidupan. Mulai dari masalah yang berkaitan dengan keluarga (anak, saudara, orang tua), pekerjaan, rumah tangga, ekonomi, penyakit berjangka lama (kronis), beban pekerjaan, peristiwa yang membuat trauma atau hubungan interpersonal.
Ketika individu dihadapkan dalam situasi yang penuh dengan persoalan yang belum terselesaikan atau menekan, maka respon stres akan muncul secara otomatis.
Saat ini, stres adalah sebuah atribut kehidupan modern. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga atau dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang (Muslim, 2015). Stres cenderung dianggap negatif bagi masyarakat.
Stres dianggap sesuatu yang mengganggu dan harus dihilangkan. Padahal dalam hidup, stres diperlukan agar bisa beradaptasi ketika ada tekanan. Sehingga membuat seeorang menjadi lebih tangguh, mengasah kemampuan menghadapi masalah, tingginya toleransi terhadap perubahan, serta termotivasi untuk mengembangkan kemampuan diri (Bram, 2023).
Stres ialah perubahan reaksi tubuh ketika menghadapi ancaman, tekanan, atau situasi yang baru. Ketika menghadapi stres, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol.
Kondisi ini membuat detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, serta otot menjadi tegang (Zhafran, 2022). Stres merupakan kondisi yang sama sekali tidak boleh di anggap sepele. Selain membuat perasaan yang tidak nyaman, hingga memicu masalah kesehatan.
Stres, akan membawa efek tersendiri bagi individu yang mengalaminya, baik efek fisik (misalnya sakit kepala,serangan jantung, dsb) maupun efek psikologis. Efek fisik seperti menderita sakit kepala, kram perut, atau bahkan terkena serangan jantung mendadak bagi sebagian individu.
Sementara itu, efek psikologis yang dapat dimunculkan dari stres antara lain ada rasa sedih yang berkepanjangan, seringkali terlihat marah, melamun, dsb. Berat ringannya efek yang ditimbulkan dari stres ini sangat tergantung pada kemampuan individu untuk melakukan kontrol atas kehidupannya (Muslim, 2015).
Karena itu, individu akan berusaha untuk mencari cara dalam mengatasi stres. Emosional Freedom Technique (EFT), dikenal sebagai terapi tapping, adalah metode terapi alternatif yang menggabungkan unsur-unsur obat tradisional Cina, akupunktur, dan psikologi.
Terapi ini dilakukan dengan mengetuk titik meridian tertentu di tubuh sambil fokus pada masalah tertentu, seperti penderitaan emosional, fobia, kecemasan, rasa sakit, atau stres.
Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa ketidakseimbangan dalam sistem energi tubuh menyebabkan emosi negatif, dan memanfaatkan titik-titik ini untuk mengembalikan keseimbangan dan meningkatkan kesejahteraan emosional dan fisik (Feinstein, 2012).
EFT atau sering juga disebut dengan terapi energi merupakan terapi yang tidak memerlukan instrument lain untuk mempratikkannya, terapi ini dipraktikan dengan cara memijat atau menekan-nekan titik meridian pada tubuh, serta berprinsip bahwa semua emosi dan pikiran yang ada merupakan bagian bentuk energi, baik energi positif maupun negative.
Dalam praktiknya, terapi EFT dengan mengikuti tahapan-tahapan “Tapping Sequence” yakni memahami untuk menyelesaikan masalah dengan mengetuk titik meridian 3 kali sambil memfokuskan pada masalah dan ucapkan frasa pengingat dengan keras. Ini memfokuskan pikiran pada pola pikir negatif dan memungkinkan EFT untuk melepaskannya. Urutan titik penyadapan adalah sebagai berikut (1) alis, (2) sisi mata, (3) di bawah mata, (4) di bawah hidung, (5) dagu, (6) di bawah lengan, dan (8) kepala bagian atas (Roziika et al., 2021).
Dr. Ben Johnson M.D, D.O., N.M.D. bersama Dr. Alexander Lyod, N.D., M.S., dalam bukunya The Healing Codes: Unblocking the Celuller Sequence of Life, Standford University Medical School me-release hasil riset baru bahwa pembunuh nomor satu di dunia adalah stress. Hasil survey menunjukkan 95% lebih penyakit fisik maupun non fisik mempunyai akar stress. Ada hubungan era tantara tekanan emosional (stres) dengan penyakit fisik. Stress bersumber dari keyakinan yang keliru tentang keadaan atau tentang diri sendiri. Keyakinan yang keliru ini kemudian langsung menerjemahkan sebuah keadaan sebagai keadaan yang berbahaya.
Dan inilah pangkal stress yang harus di atasi, dan di lenyapkan. Terapi EFT hadir untuk mengangkat dan melepaskan keyakinan yang salah. Terapi EFT dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan mental. Terapi EFT berperan dalam mengurangi efek negative, stres dan meningkatkan relaksasi EFT merupakan tindakan efektif mengatasi stres.
Terapi EFT di dalamnya juga mempraktekkan bagaimana melepaskan tekanan pikiran, melepaskan emosi negatif, serta menumbuhkan cinta dalam jiwa. Kalimat positif selama afirmasi diucapkan, saat itulah mencoba mengubah persepsi dan perasaan. EFT adalah terapi yang sangat praktis.
Mudah dilakukan karena tidak mempersyaratkan latar belakang pendidikan atau penguasaan teori tertentu, tidak menuntut keahlian khusus atau pelatihan yang lama karena pekerjaan therapist sangat mudah dan praktis, hanya menggunakan ketukan dengan ujung jari, dan tidak perlu pelatihan teknisi karena tanpa alat dan teknologi tertentu. Maka, EFT dapat dilakukan siapa saja, bahkan anak-anak atau orang dewasa bahkan yang sudah lanjut usia.
EFT lebih komprehensif. EFT dapat digunakan untuk pengentasan masalah emosional, pengembangan perilaku positif dan penyembuhan gejala fisik. Selama ini masalah emosional dan fisik dibedakan penanganannya dan diberi garis batas yang tak boleh dilanggar. Terapi EFT tidak membatasinya, sehingga permasalahan emosi dan fisik dapat ditangani dengan baik. (***)