Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menerima 66 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Mahasiswa itu adalah peserta dari program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Kemendikbudristek.
Sebanyak 36 dari 66 mahasiswa inbond PMM itu mengikuti pengukuhan mahasiswa baru (maba) 2023, Selasa (12/9/2023). Mereka hadir menggunakan baju adat dari mana mereka berasal.
Indah Harini Amalia, salah satu mahasiswa dari program studi S1 Keperawatan, Universitas Islam Makassar menjadi salah satu peserta PMM di Unusa.
Dia mengaku senang bisa menjadi bagian dari Unusa selama enam bulan ke depan. “Saya melihat Unusa memiliki prodi keperawatan yang relevan dengan jurusan yang saya pilih. Sehingga saya tidak ketinggalan materi kuliah,” ujarnya.
Dia juga melibat di laman PMM bahwa Unusa memiliki reputasi yang bagus. Bahkan rangkingnya sangat tinggi untuk perguruan tinggi swasta. “Saya senang. Ini program bertukar sementara bermakna selamanya,” tandasnya.
Lain Indah, lain pula Lestari Handayani Manik. Lestari kebetulan dari prodi S1 Keperawatan Universitas Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh.
Dikatakannya, dia tidak salah memilih Unusa untuk program PMM ini. “Unusa kampus keren. Tidak salah saya memilih kampus ini,” tuturnya. Di Unusa, Lestari akan belajar keperawatan menjelang ajal dan paliatif.
Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie mengatakan Unusa mendukung program PMM ini. Tidak hanya mahasiswa inbond, tapi juva outbond. “Untuk outbond PMM, ada 17 mahasiswa Unusa yang lolos program ini. Mereka tersebar ke berbagai kampus di Indonesia,” tandas Prof Jazidie.
Maba Unusa sendiri pada 2023 ini sebanyak 2.154 orang. Prof Jazidie bersyukur di tengah ketatnya kampus menjaring maba, Unusa masih bisa memperoleh lebih dari 2 ribu mahasiswa.
Saat pengukuhan maba, Ketua Yarsis yang juga mantan Mendikbud, Prof Mohammad Nuh menjafi keynote speaker. (Humas Unusa)