Surabaya – Pendistribusian dokter muda merupakan strategi penting dalam upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini untuk membantu memastikan bahwa kebijakan kesehatan Nasional dapat dijalankan dengan efektif dan masyarakat dapat memperoleh akses yang adil dalam layanan keperawatan medis yang dibutuhkan.
Namun faktanya belum terlaksana secara maksimal, ini karena berbagai faktor. Hal ini diungkapkan Dr. Hilman Siregar, saat menghadiri Pengukuhan dan Pengambilan Sumpah Dokter Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) ke-8 di Auditorium lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Rabu (6/9).
Dr. Hilman Siregar melihat, kebutuhan akan dokter secara umum sudah terpenuhi dengan baik. Bahkan jika ada kekurangan dokter, kekurangannya tidak signifikan atau tidak begitu besar. “Yang menjadi masalah utama adalah distribusi dokter. Distribusinya kurang merata dan seringkali menjadi kendala. Ini terindikasi di daerah-daerah yang sangat terpencil, dokter dan tenaga medis seringkali kurang diminati,” ungkapnya.
Pria yang juga menjabat Sekretaris 3 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Surabaya mengungkapkan, sebaiknya distribusi dokter dan tenaga medis diatur agar merata di seluruh wilayah. Kondisi ini merupakan tanggung jawab utama terletak pada organisasi profesi medis yang terkait. Artinya, organisasi-profesi seperti ikatan dokter atau asosiasi tenaga medis memiliki peran penting dalam mengelola dan mengawasi penempatan dokter dan tenaga medis sesuai kebutuhan di berbagai lokasi.
“Selain itu, Kementerian Kesehatan memiliki peran penting dalam mendukung dan mengatur distribusi ini. Kementerian dapat memberikan bantuan, regulasi, dan sumber daya yang diperlukan untuk memastikan distribusi dokter dan tenaga medis berjalan efisien dan merata di seluruh wilayah Indonesia,” ungkapnya.
Menjawab permasalahan yang diungkap Dr Hilman Siregar, Untuk itu, Dekan FK Unusa, Dr. Handayani, M.Kes., siap membantu dalam hal pendistribusian para alumninya, khusunya di pondok-pondok pesantrena yang telah menjalin kerja sama dengan Unusa. “Salah satu unggulan FK Unusa adalah bidang pencegahan penyakit di lingkungan pondok pesantren,” katanya.
Diungkapkannya, Alhamdulillah saat ini alumni FK Unusa telah sukses dan berproses di daerahnya masing-masing. Beberapa di antaranya telah bekerja di Rumah Sakit, klinik-klinik dan bahkan ada yang telah menjadi dosen. Ini adalah sebuah kebahagiaan bagi kita keluarga besar FK Unusa. Saat ini ada tiga orang yang telah diterima sebagai dosen di Unusa, dan tiga orang lainnya diterima di Fakultas Kedokteran lainnya.
“Fakultas Kedokteran juga tengah mengalami peningkatan jumlah mahasiswa baru, sehingga permintaan untuk dosen juga meningkat. Ini memberikan peluang besar bagi para dokter lulusan kami,” ungkapnya.
Sementara Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., mengungkapkan, pentingnya pondok pesantren dalam konteks pencegahan penyakit dan perbaikan kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah pesantren yang besar di seluruh Indonesia menjadi faktor penting dalam upaya ini. Lulusan dari FK Unusa harus memiliki perubahan mindset yang positif untuk mendukung inisiatif pencegahan berbasis komunitas ini. Selain itu, upaya ini melibatkan pesantren tidak hanya sebagai pusat, tetapi juga melibatkan masyarakat di sekitarnya.
“Upaya ini diharapkan akan menjadi kontribusi positif bagi fakultas kedokteran di Indonesia dan para dokternya. Namun, ini hanyalah salah satu bagian dari upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, dan ada banyak lagi yang dapat dilakukan,” ungkapnya.
Handayani menambahkan, selain itu, banyak dari alumninya juga memilih untuk melanjutkan studi ke tingkat S2, baik dengan biaya sendiri maupun melalui beasiswa. Beberapa di antaranya berhasil meraih beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan dan Beasiswa Erasmus Mundus untuk studi di Perancis dan Belgia. Selain itu, ada juga yang telah memulai studi di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
“Semua ini menunjukkan bahwa kualitas lulusan Fakultas Kedokteran Unusa sangat baik dan setara dengan lembaga pendidikan kedokteran lain yang sudah lama berdiri” ungkapknya.
“FK Unusa juga bekerja sama dengan Asosiasi Rumah Sakit NU (Arsinu), sebuah asosiasi Rumah Sakit NU. Ini memungkinkan kami untuk memfasilitasi penempatan dokter-dokter kami di rumah sakit-rumah sakit yang berafiliasi dengan NU,” ungkapnya.
Handayani menyampaikan, dirinya berharap bisa melihat pertumbuhan fasilitas kesehatan di pondok pesantren. Hal ini akan membantu mengurangi ketergantungan mereka pada fasilitas kesehatan eksternal dan memungkinkan untuk memberikan pelayanan medis kepada siswa, santri dan masyarakat sekitarnya. Banyak mahasiswa FK Unusa berasal dari pondok pesantren.
“Saya berharap mereka akan kembali ke sana untuk memberikan kontribusi positif. Secara keseluruhan, ada banyak peluang yang dapat dijelajahi lulusan kami dalam kaitannya dengan pondok pesantren dan berbagai bidang lainnya,” ungkapnya. (Humas Unusa)