USIA sangat menentukan. Karena faktor usia itulah Nur Ifa, wisudawan berusia 56 tahun ini dipanggil “mami” oleh teman sekelasnya. Itulah pengalaman perempuan kelahiran Pasuruan, 1 Desember 1967, yang kini telah menyandang sarjana Pendidikan Guru PAUD.
Diusianya yang tidak muda lagi ia punya keinginan sangat mulia. “Impian saya setelah menjadi sarjana PAUD, ingin mengimplemtasikan ilmu dan pengalaman yang diperoleh saat kuliah untuk anak didik. Tips dan trik untuk adik kelas terutama yang sedang menempuh skripsi, tetap semangat dan jangan mudah menyerah dalam mengerjakannya. Untuk yang di luaran sana, terkhusus untuk bunda-bunda PPT atau TK yang mau kuliah PG PAUD, bisa kuliah di Unusa saja, kuliahnya enak fasilitas lengkap ,” katanya berpromosi.
Ifa mengungkapkan, menuntut ilmu tidak ada batasan usia untuk orang-orang yang berpikir jauh terhadap masa depan dan memiliki mimpi atau cita-cita yang kuat dalam kehidupan. Yang menginginkan mimpinya itu tercapai menjadi kenyataan guna merubah hidup agar lebih baik.
“Hanya satu kuncinya: kemauan dan tekad kuat. Banyak saya temukan di sekitar kita, mereka dengan sengaja berhenti dalam menempuh pendidikan dan enggan melanjutkan pendidikannya lagi,” ungkapnya.
Ifa menambahkan, ketika menempuh studi di Unusa, dia banyak mendapatkan Ilmu baru, terlebih dia bisa mengimplementasikan kepada peserta didiknya. Selain itu dia bisa belajar bersama teman-teman yang usianya masih muda, meskipun usianya di atas mereka. Teman-temannya selalu mendukung dan menyemangatinya untuk tidak mudah menyerah dalam menempuh pendidikan PG PAUD.
“Orang seusia saya ini sangat gagap teknologi (gaptek). Sehingga kendala saya ada pada penguasaan teknologi dalam pembelajaran. Saya sering ketinggalan dalam melakukan pekerjaan yang menggunakan sistem teknologi, tapi syukur Alhamdulillah, semua para dosen memberikan waktu luang (tambahan waktu) untuk saya dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait dengan teknologi,” ungkapnya.
Menurutnya, para dosen di PG PAUD Unusa baik semua, materi yang diberikan juga bisa ditangkap dengan mudah. Ifa bertemu dengan teman-teman yang baik dan sekaligus juga mensupportnya, sehingga di usianya yang tidak muda lagi dia tidak merasa minder, dan lucunya dia dipanggil oleh teman-teman sekelas dengan sebutan “mami”.
“Tantangannya adalah saya yang tidak bisa teknologi dan gaptek, sehingga saya sangat sulit dan perlu bantuan dari teman-teman sekelas,” ungkapnya. Perempuan yang memiliki hobi jalan pagi ini, selama studi juga berprofesi sebagai Bunda PAUD di Pos PAUD Terpadu (PPT) di Surabaya.
Dirinya harus bisa membagi waktu, antara kuliah dan mengajar. “Alhamdulillah di Unusa ada kuliah khusus bagi Bunda PAUD yang diadakan pada jam siang dan sangat membantu kami, sehingga saya dapat mengatur aktivitas dengan baik,” ungkapnya. (Humas Unusa)