Surabaya – Pemberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan terbaik untuk memenuhi gizi anak selama dua tahun pertama dalam kehidupannya. Namun masih banyak bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) secara maksimal karena berbagai alasan. Berniat membantu para ibu bagaimana cara menyusui dengan benar dan sehat, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menghadirkan Rumah ASI di Kampung ASI yang berada di Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya.
Menurut dosen prodi D3 Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Unusa, Uke Maharani Dewi SST MKes, Kampung ASI merupakan program yang disiapkan untuk memfasilitasi atau meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
“Capaian pemberian ASI eksklusif itu masih relatif rendah sehingga untuk meningkatkan (pemberian ASI eksklusif) itu maka dibentuklah sebuah kampung yang harapannya bisa mensupport pemberian ASI di wilayah tersebut,” kata dosen pendamping program Rumah ASI ini.
“Kalau Kampung ASI yang dibina oleh Unusa khususnya program studi kebidanan ada di kelurahan Wonokromo. Jadi tahun 2018 itu ada satu RW di kelurahan Wonokromo yang sudah mendirikan Kampung ASI. Nah, setelah itu mereka (kader) datang ke kita minta dibina terkait dengan Kampung ASI tersebut,” jelasnya lagi.
Uke mengungkapkan Kampung ASI merupakan program Pemkot Surabaya dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terutama ibu memberikan ASI eksklusif dan memberikan pengetahuan kepada para kelompok pendukung ASI.
“Akhirnya kita ke Kampung ASI di kelurahan Wonokromo itu dan membuat inovasi. Awalnya Kampung ASI di sana hanya ada di satu RW, kita kembangkan menjadi 8 RW,” ujar Uke.
Adapun inovasi sejak adanya pembinaan dari prodi Kebidanan Unusa, maka terbentuklah Rumah ASI. Jadi di setiap Kampung ASI di Kelurahan Wonokromo memiliki 1 Rumah ASI.
Program Pembinaan Kampung ASI berupa Rumah ASI di Kelurahan Wonokromo ini telah lolos seleksi Program Holistik Bina Desa (PHBD) 2019 yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti).
Uke menjelaskan, di Rumah ASI terdapat berbagai program yang dilakukan untuk menunjang para ibu di Kampung ASI dalam upaya pemberian ASI eksklusif. Misalnya ada program Tabusi yakni Tabungan Siap ASI yang memfasilitasi para ibu yang usai melahirkan membutuhkan peralatan ASI tapi ingin memiliki secara mandiri. Sehingga para ibu tersebut harus menabung lewat program Tabusi.
“Masyarakat di sana kan kebanyakan ekonomi ke bawah, jadi harus benar-benar harus diupayakan. Sejak kehamilan sudah diupayakan lewat Tabusi,” imbuh Uke.
Selanjutnya ada program persewaan atau peminjaman alat pompa ASI. Menurut Uke, sistem peminjaman tersebut relatif bervariasi mulai dari yang berbayar hingga dipinjamkan secara cuma-cuma. “Tergantung kader di sana ya karena menjalankan program kan kadernya. Ada juga yang dipinjamkan dengan membayar sesuai kemampuan,” tandas Uke.
Kemudian ada program pelatihan bagi kader Kampung ASI tentang laktasi, misalnya bagaimana melancarkan produksi ASI. Adapun kader di setiap Rumah ASI terdapat 5 orang. “Kita ajari kader pijat oksitosin. Jadi dipijat untuk stimulus hormon oksitosin untuk pengeluaran ASI. Kemudian kita fasilitasi kader dengan berbagai alat untuk menyimpan ASI, seperti botol kaca. Kita juga mengajari cara memompa ASI, cara menyimpannya, sampai cara merawat peralatannya,” paparnya.
Setelah mendapat pelatihan manajemen Rumah ASI, kader akan dapat melayani keluhan ringan dalam pemberian ASI. Contohnya, bendungan ASI tanpa disertai demam, ASI tidak lancar, posisi menyusui yang salah, edukasi persiapan laktasi, solusi pengadaan peralatan ASI bagi ibu bekerja, dan sejenisnya.
Sedangkan untuk masalah yang memerlukan penanganan medis seperti bayi kuning, puting lecet atau bendungan disertai demam, Rumah ASI akan melakukan rujukan ke Puskesmas.