Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) dalam beberapa minggu terakhir cukup intens menerima kunjungan tamu dari berbagai institusi perguruan tinggi. Hal tersebut menjadi salah satu upaya dalam mengembangkan kualitas pembelajaran serta memperluas jaringan relasi. Kali ini, Unusa menerima kunjungan tamu sekaligus gelar kuliah umum bersama Universitas Alma Ata Yogyakarta yang bertempat di Auditorium Unusa, Selasa (7/2) siang.
Acara studi banding dan kuliah tamu dihadiri oleh beberapa dosen serta mahasiswa dari Program Studi S1 Kebidanan dan D3 Kebidanan Unusa juga Universitas Alma Ata Yogyakarta. Kedatangan rombongan Universitas Alma Ata Yogyakarta disambut hangat oleh Wakil Rektor III Unusa, dr Umi Hanik, M.Kes. “Saya sangat berterima kasih atas kunjungan dari Universitas Alma Ata dari Yogyakarta. Adanya studi banding dan guest lecturer ini semoga nantinya kita bisa kerja sama terhadap apa yang saling belum punya dan juga bisa saling berbagi,” tuturnya saat memberi sambutan di awal.
dr Umi Hanik juga berharap nantinya Unusa dapat mengadakan kunjungan balik ke Universitas Alma Ata Yogyakarta. “Jika ada kesempatan semoga nanti Unusa bisa berkunjung ke Universitas Alma Ata, kampus yang berbasis pesantren ini. Dan nanti kedepannya, semoga Unusa bisa memiliki pesantren juga,” tambahnya.
Selanjutnya kegiatan diisi dengan kuliah umum yang dibawakan oleh dosen tamu dari Universitas Alma Ata dan dosen Unusa. Kedua dosen akan membawakan masing-masing topik menarik yang berhubungan dengan kebidanan dan emosional spiritual.
Pada materi pertama disampaikan oleh dosen S1 Kebidanan Universitas Alma Ata, Muafiqoh Dwiarini S.ST., M.Sc, Ns-Mid, dengan topik ‘Konseling Laktasi Sebagai Upaya Cangkupan Asi Eksklusif’. Muafiqoh mengatakan pemahaman mengenai konseling laktasi perlu dibekali lebih dalam kepada para bidan maupun calon bidan juga masyarakat umum, karena hal tersebut sangat berpengaruh besar kepada kesehatan psikis bagi para ibu menyusui terutama yang baru melahirkan anak pertama.
“Selama bertemu klien maupun pasien, 85% dari mereka masih salah dalam pelekatan menyusui. Setiap bidan mungkin bisa memberi pengetahuan tentang itu, tetapi diperlukan juga untuk mendengarkan permasalahan, memberikan dukungan, dan paling penting membangun kepercayaan seorang ibu yang sedang di masa menyusui. Itulah mengapa sangat diperlukannya sebuah konseling laktasi” ucapnya.
Sebagai seseorang yang juga aktif dalam Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI), Muafiqoh menjelaskan bahwa kebanyakan ibu yang sedang menyusui (Ibu Asi), mereka lebih fokus pada persalinan dan lupa dengan pemahaman proses laktasi yang sedang dilaluinya, sehingga diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik bidan, suami, hingga keluarga. Peran orang sekitar memiliki pengaruh besar kepada Ibu Asi, sebab seorang ibu yang sedang menyusui dinilai lebih sensitif daripada ketika sedang hamil.
Adanya konseling laktasi tidak hanya memberikan ilmu tentang menyusui, namun memberikan pemahaman terutama pada seorang bidan bagaimana membangun percaya diri seorang Ibu Asi, mendengarkan permasalahan yang dialami, dan tidak boleh menghakimi terhadap apa yang dilakukan melainkan memberikannya sebuah pemahaman baru. Selain itu, konseling laktasi juga dapat mencegah stunting. “Dalam konseling laktasi, seorang Ibu Asi juga akan diberikan pemahaman mengenai MPASI, jadi tidak hanya tentang menyusui saja,” ucap Muafiqoh.
Dalam kesempatan yang sama, Dosen S1 Kebidanan Unusa, Elly Dwi Masita, MPH, memberikan pemaparan materi mengenai ‘Spiritual Emotional Freedom Technique’. Topik emosional spiritual ini berkaitan dengan konseling laktasi yang memiliki pengaruh besar pada psikis seorang Ibu Asi. Elly Dwi Masita mengatakan bahwa pikiran sangat berpengaruh pada kesehatan fisik. “Semua sakit yang kita derita, selain karena kehendak Allah, juga berasal dari pikiran kita selama ini. Kebanyakan pikiran atau stres dapat berdampak pada kesehatan fisik kita,” tuturnya. Spiritual Emotional Freedom Technique dinilai dapat memberikan terapi relaksasi terhadap kelelahan dan stres. Selain itu, tujuan utama teknik tersebut untuk menghilangkan emosi negatif dan menyelaraskan dengan sistem energi tubuh. “Mind body therapy ini dapat mengembalikan tawazun kita yakni psikis dan fisik,” ucap Elly. (Ns/Humas)