Sebanyak 16 dokter baru Peserta Pendidikan Profesi Dokter Unusa, Kamis (26/1) dilantik dan diambil sumpahnya, di Kampus B Jl. Jemurasri Surabaya. Mereka adalah angkatan ke-6 yang dikukuhkan menjadi dokter setelah mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).
Seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran baru di nyatakan lulus dan menyandang gelar dokter jika telah lulus UKMPPD yang di selenggarakan secara nasional oleh Panitia Nasional. Ujian UKMPPD terdiri dari ujian CBT (teori) dan OSCE (praktek). “Alhamdulillah FK Unusa telah memiliki CBT Center dan OSCE Center yang telah dinyatakan layak digunakan untuk UKMPPD. Pada pelaksaan UKMPPD Mei 2022, untuk pertama kalinya OSCE Center FK Unusa digunakan untuk OSCENAS. Keberadaan CBT Center dan OSCE Center ini sangat penting dan mendukung kelulusan mahasiswa FK Unusa, karena menjalani ujian di kampus sendiri akan membuat mahasiswa kita lebih percaya diri dalam melaksanakan ujian,” kata Dr Handayani, Dekan FK Unusa.
Selain itu, katanya menambahkan, hal yang membanggakan, 90 persen lebih mahasiswa yang lulus adalah Fisrt Taker (lulus saat pertama kali mengikuti UKMPPD –red). “Ini menjadi tolok ukur keberhasilan dan mutu pembelajaran, sekaligus menentukan penilaian akreditasi Fakultas Kedokteran. Nilai baik jika angka kelulusan diatas 80 persen. FK Unusa di atas 90 persen yang lulus Fisrt Taker,” katanya.
Siapkan PPDS
Sementara Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M.Eng dalam sambutannya mengungkapkan kebanggannnya atas prestasi yang telah diraih FK Unusa. “FK Unusa memang masih terakreditasi sangat unggul, ke depan dengan catatan prestasi ini, dalam waktu yang tidak lama lagi bisa memperoleh akreditasi unggul. Inilah harapan kami dan juga harapan semua mahasiswa FK,” katanya.
Ke depan, kata rektor mengungkapkan, FK Unusa juga akan segera membuka program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Ini dilakukan untuk bisa memberikan kontribusi atas kurangnya jumlah dokter spesialis di Indonesia yang bisa menyebar ke seluruh pelosok tanah air.
“Persiapan untuk membuka PPDS ini terus dilakukan. Mulai mempersiapkan fasilitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia dalam hal ini pemenuhan dosen dan sebagainya. Semuanya harus siap dulu, baru kita buka. Insya Alloh kita siap, karena SDM kita sudah banyak dari tiga rumah sakit yang dimiliki pihak yayasan,” ujar Prof Jazidie.
PPDS yang nantinya akan dibuka oleh Unusa adalah tiga spesialis yakni paru, jantung dan penyakit dalam. Ketiga program spesialis itu karena Unusa memiliki SDM, fasilitas dan sebagainya untuk tiga program spesialis itu.
“Untuk membuka program spesialis, kita harus melihat banyak hal. SDM itu penting, sarana itu penting, prasarana itu penting. Juga melihat kebutuhan akan dokter spesialis tertentu. Kalau kita sekadar membuka nantinya percuma,” tukas Prof Jazidie.
Selama ini, PPDS hanya boleh dibuka di fakultas kedokteran yang berada di kampus negeri. Swasta masih belum diizinkan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, di mana kebutuhan dokter spesialis dan sub spesialis yang semakin tinggi, membuat Kementerian Kesehatan RI merevisi aturan lama. (***)